Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Memaknai Divergensi dalam Berbahasa

Diperbarui: 16 Maret 2019   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by : pixabay.com

Orang memerlukan dua tahun untuk berbicara, tetapi lima puluh tahun untuk belajar tutup mulut- Ernest Hemingway (1899 -1961)

Dulu, guru bahasaku sempat berujar, "Untuk mengetahui orang cerdas, simak dia berbahasa! entah itu bahasa lisan ataupun bahasa tulisan!"Ahaaay! Semoga rumus itu, masih berlaku.

Ingatan itu kembali hadir, saat aku menyimak "kejaiban-keajaiban" di linimasa berbagai media sosial. "Ajaib" menurutku, bukan hanya karena keterampilan merangkai diksi menjadi kalimat multi tafsir, namun juga kemampuan memaknainya, baik secara positif atau negatif, bisa juga secara produktif bahkan kontra produktif.

Sehingga, secara sadar atau tidak, keterampilan dan kemampuan itu menimbulkan divergensi atau perluasan makna. Bahkan menjauh dari makna sesungguhnya. Hehe...

Illustrated by : pixabay.com

Perluasan Makna (Divergensi) Acap Kali Memicu Kontroversi
Kata divergensi adalah serapan nginggris yang bermakna "perluasan". Kajian linguistik kata itu menurut KBBI online adalah proses terpecahnya suatu bahasa kepada beberapa dialek karena tiadanya fasilitas pendidikan yang standar dan kurangnya komunikasi.

Emejing, ya? Jika menggunakan rumus sebab-akibat terjadinya divergensi. Semisal urusan tiada/kurangnya standar fasilitas pendidikan bisa debatable. Karena, selain tentang kapasitas, juga needs, goods and interest setiap orang beda! Dengan fasilitas pendidikan yang lengkap dan kualitas memadai.

Apakah berpengaruh? Jawabannya, iya! Tapi apakah menentukan kemampuan seseorang berbahasa? Belum tentu.

Bisa jadi, adanya divergensi itu gegara kurangnya komunikasi. Kok bisa? 

Pasti sering menyaksikan seorang tokoh yang secara pendidikan formal, sudah melahap level akhir. Tapi ucapan dan tulisannya acapkali mengundang kontroversi, kan?

Kotroversi itu, bisa saja terjadi karena perbedaan standar nilai-nilai yang dianut. Atau perbedaan kemampuan menyerap makna ucapan dan tulisan itu. Mungkin saja gegara memiliki keterampilan berbahasa yang terbatas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline