Kota Curup, masih kategori kota kecil. Di sebut kota, Karena Curup, menjadi Ibukota Kabupaten Rejang Lebong. Berjarak 85 Km dari Kota Bengkulu dan butuh waktu dua hingga tiga jam perjalanan. Eh, malah kenalin Kota Curup. Haha...
Hayuk, Balik lagi ke judul! Pernah kutuliskan di Kompasiana. Jika di kampungku, Ada gerakan Literasi yang diinisiasi Pohon Baca PGMI IAIN Curup. Kan? Yang setiap malam minggu adakan kegiatan #malammingguberpuisi di facebook.
Bermula dari postingan artikel puisiku, yang dimuat di Kompasiana pada kegiatan #malammingguberpuisi itu. Tiba-tiba, aku memiliki jabatan baru! Sebagai penyuluh lapangan pembuatan akun Kompasiana. Sekaligus penasehat tanpa sertifikat. Heuheu...
Gerilya Sinyal diantara Hujan dan Mati Lampu.
Aku gak menguasai hubungan antara Sinyal dan Hujan. Tapi itulah, fakta yang sulit di paparkan dengan kata-kata. Ahaay...
Letak Geografis Kota Curup yang terselip di Gugusan Bukit Barisan. Semisal boleh aku beri ilustrasi seperti kuali. Nah, Kota Curup itu, persis di tengah-tengah Kuali. Di apit dua gunung merapi. Gunung Kaba (Warga Curup menyebut Bukit Kaba) dan Gunung Daun (Bukit Daun).
Maka, beberapa orang berjibaku (lebay, ya?) membuat akun di Kompasiana. Ada yang mulus mirip jalan tol baru diurus. Ada juga yang menanjak dan tersendat semisal motor kehabisan bensin. Rodanya, muter-muter aja, tapi gak bergerak! Haha
Kalau lampu mati? Gak usah dibahas. Selasai semua. Apatah lagi, sama penguasa listrik. Pemadaman listrik, suka diam-diam dan tanpa aba-aba.
Ternyata, Tak Cuma Berpuisi!
Usai, masing-masing memiliki Akun Kompasiana. Maka ketahuan "simpanan-simpanan" mereka! Tawaran berbagai Kategori Artikel di Kompasiana, membuka ruang literasi lebih luas.
Ternyata, tak cuma berpuisi, Ada yang menjamah kategori Olahraga, Humaniora, bahkan Politik. Bisa saja ke depan, akan berkeliling di semua kategori. Hehe
Malah Berbeda dan Kompetisi
Secara acak. Aku gak sengaja memetakan minat mereka. Ada Agus Ryan Oktori (penggerak Pohon Baca PGMI IAIN Curup) Bukan hanya menulis puisi, tapi juga artikel humaniora. Muksal Mina konsen di Bola dan Edukasi, malah sama sekali belum menulis puisi. Khairul Umam Khudhori, masih setia di Fiksiana, begitu juga Laras Shesa, Septian Arifin (Penjaga Gawang Pohon Baca) dan Puji Astuti (Sesungguhnya Warga Kabupaten Kepahiang, tapi juga peserta Aktif Pohon Baca).