maafkan aku! kerasku bukan batu. hanya tak terbiasa lantunkan nyanyian merdu. berujar rindu, bersayap pilu, berucap cemburu, menitip sembilu.
aku tahu. kau pasti bertahan dengan diammu. anggun bersandar di bawah pohon meihua. bunga berwarna merah jambu, bergradasi indah dengan baju merahmu. matamu lembut menatapku.
aku menitip janji di matamu. salahkah jika kutanyakan. untuk apa kau datang, jika kutangisi pergimu? mengapa kau biarkan, jika akhirnya kutelisik sepi?
senja tak akan mengusik diammu. pun, mengalahkan pendar lampion di ranting pohon mei hua. dua kelopak bunga merah jambu itu, lebih dulu singgah di bahumu. ada senyummu untukku. dulu, aku pernah miliki pemilik senyum itu.
maafkanlah! aku kalah oleh waktu yang menipuku. senjaku, rasaku juga rinduku. tak akan pernah lagi sama seperti dulu. kau pun tak akan pernah temui nisanku.
saat senja. kau bersandar di pohon mei hua. berbunga merah jambu. merah warna bajumu. tersenyum di bawah pendar cahaya lampion. hanya potret itu, yang tersisa milikku. biarkan kumenanti, hingga waktu ujarkan usai.
Curup, 05.02.2019
zaldychan - Aksara dan Cinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H