Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Jika Sastra Melembutkan, Maka Hidroponik Menenangkan Jiwa

Diperbarui: 20 Januari 2019   16:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panen Perdana Hidroponik

Judul lebay? entahlah! Tapi itu yang kurasakan dua bulan sebelum berakhir tahun 2018 hingga hari ini. 

Berawal dari keinginan berkumpul dengan anak-anak menikmati liburan akhir. Tapi tidak kemana-mana. Selain murah meriah, interaksi dalam anggota keluarga  jadi berkualitas. Alasan?  Bisa jadi! Haha.. 

Liburan? Panen, yuk!

Kuputuskan bereksperimen dengan hidroponik. Kenapa memilih hidroponik? Biar aneh  dan menarik perhatian anakku. Plus cara itu belum familiar di kampungku. 

Maka sejak September 2018, waktu senggang di tempat kerja kuisi dengan membongkar Gudang Arsip Mr. G juga menjajah Simpanan Miss Y. Menyigi tentang segala tentang yang berkaitan dengan hidroponik. 

Sambil belajar dengan cara itu. Aku juga mulai ikut dengan beberapa grup Hidroponik di media sosial. Jadi anggota pasif dan aktif. Pasif memposting atau berkomentar tapi aktif membaca. Tak berdosa,  kan? 

Awal Oktober, kusiapkan lahan! Sasaranku beranda rumah Amak di lantai dua. Negosiasi lumayan alot. Karena, beranda adalah kebun bunga sekaligus tempat jemuran baju. Hasil nego? Dibagi dua. Sayap kiri Beranda untuk jemuran, sayap kanan bersiap dijajah hidroponik. 

Sayap Kanan Beranda Rumah Amak

Maka kugunakan rumus 3 M.  Rumus Pertama Mau, kubulatkan niat untuk lakukan itu. Tak cukup dengan modal mau. Rumus kedua dimainkan, Harus berani Malu. Maka kukumpulkan botol bekas, cup bekas juga box anggur bekas di toko buah atau gabus (stereofoam) bekas kucari di toko elektronik. Kenapa bekas? Kan ada misi edukasi ke anak-anak. Agar tahu, tak semua mesti dibeli! Alasan lagi? Iya! Bwahaha...  

Rumus ketiga, harus Mampu. bukan bicara tentang penguasaan ilmu. Karena bisa pinjam  ilmu dari Mr. G dan Miss Y. Tapi kemampuan membuktikan keputusan berhidroponik itu harus jalan. Jadi harus miliki kemampuan menaklukkan tantangan. Seperti kesulitan mendapatkan Nutrisi juga alat pengukurnya (TDS Meter). Kujelajahi nyaris semua Toko Tani di kampungku. Tak ada stok nutrisi jenis AB Mix.  Aku mesti pesan online. Harganya Rp.  19.000,- @250 gram. Ongkos kirim? Rp.  37.000,-!  Parah,  kan?  Ditambahi bonus pertanyaan dari orang dan teman terdekat. 

"Abang mau bertani?"
"Hidroponik?  Itu apa?"
"Di Beranda rumah?  Pakai Air?"
"Kangkung? Kan, bisa beli di pasar?"
"Gak ada Kerjaan lain?"

Begitulah! Semua tertawa, saat kupilih menanam sayuran jenis kangkung. Alasannya,  sayuran jenis itu jarang gagal dan cocok bagi pemula sepertiku. 

Kuhadapi itu dengan santai. Toh anak-anak mendukung serta antusias. Semua terlibat saat membersihkan beranda, merakit wadah hidroponik hingga menyemai benih.

Semaian Benih Kangkung

Masuki bulan ketiga aku berhidroponik. Tak hanya Kangkung, tapi sudah mulai mencoba Selada. Kemaren pun sudah kubeli bibit Pakchoy. 

Sudah panen? Hari ini panen kali ketiga. Hasilnya di jual? Tidak! dinikmati bersama dengan tetangga.  Haha.. 

Naik kelas! Mencoba Selada

Kau tahu yang aku suka? Ketika anak-anak antusias saat kuucapkan waktunya panen! Menikmati liburan bersama anak dan di rumah. Sudah menemui tujuannya! 

Berminat? Hayuk lakukan! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline