Lihat ke Halaman Asli

Fatin, Jokowi, dan Arti Sebuah Kesempatan

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fatin berhasil menjadi juara X factor Indonesia,karena ia memang mempunyai faktor X didalam dirinya,walupun badannya kecil dan boleh dibilang tidak cantik,namun dalam ajang pencarian bakat itu masyarakat sadar bahwa ia menarik untuk dijadikan pemenangnya,kenapa? Selain suaranya yang unik,ia juga berjilbab. Ada hal yang baru dilihat oleh masyarakat yang berbeda dengan para pemenang Idol-idol yang lain yang biasanya pemenangnya adalah orang-orang yang “wah” dari jenis suara maupun teknik bernyanyinya. Maka,banyak penyanyi dibeberapa kontes idol yang berusaha menyulapsuaranya menjadi wah dengan teknik vocal kelas penyanyi professional.

Fenomena menangnya fatin adalah hal biasa,hal ini tentu disebabkan terbiasanya masyarakat melihat setipenya finalis dan pemenang kontes menyanyi di setiap ajang pencarian bakat,mulai dariJoy Tobing,Nania,Delon,Mike,Judika,Regina, Sean maupun Novita dewi yang rata-rata memang bersuara emas. Artinya mencari penyanyi bersuara emas,dengan suara wah,menggelegar,berat dan teknik vocal yang tinggi banyak dimiliki oleh orang Indonesia. Pemilih butuh yang baru,yang unik dan itu didapat didalam diri fatin.

Setali dengan terpilihnya Fatin,didalam mencari pemimpin pun masyarakat mengalami kejenuhan,pemimpin-pemimpin yang mereka pilih ternyata banyak yang setali tiga uang,seragam ,bukannya menempatkan diri menjadi pemimpin perubahan ,malah menampilkan gaya pejabat yang berlebihan,senang dilayani,kaku,formal,birokratis, dan tidak merakyat.

Maka ketikaJokowi hadir,dengan gayanya yang berbeda,kita seperti menemukan idola pemimpin yang baru,yang tidak kaku,tidak formal dan birokratis,sederhana dan merakyat,maka wajar saja rakyat melabuhkan hatinya kepadanya,walaupun Jokowi sebagai pemimpin tidak segagah SBY presiden mereka.

Fatin berhasil merebut hati masyarakat Indonesia karena keunikannya demikian pula dengan jokowi hadir dengan keunikan yang lain didalam struktur kekuasaan di Indonesia. Masyarakat membutuhkan sesuatu hal yang baru,ketika hal yang lama begitu menjemukan dan membosankan.

Sebagai idola baru di jagat musik Indonesia,fatin memang unik,seandainya kontes X factor Indonesia tidak pernah diadakan di salah satu stasiun televisi nasional,mungkin nama fatin tidak akan pernah ada di jagat industry music Indonesia,ia tidak akan dilirik hanya sekedar bersuara unik,karena mungkin selera bos-bos industry music Indonesia berbeda. Disinilah kita melihat peran penting industry televisi untuk memberikan kesempatan bagi bakat-bakat terpendam untuk tampil menjadi yang terbaik. Dan untuk tampil menjadi yang terbaik,setiap orang harus diberikan kesempatan yang sama,awalnya memang sedikit mengkhawatirkan,dengan penampilan yang lugu,teknik menyanyi yang kurang,grogi dan sering kali hapal lirik,perlahan fatin berubah menjadi lebih baik. Lagu aku memilih setia yang dinyanyikan oleh saat ini banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.

Jokowi pun demikian,awalnya di dipandang sebelah mata oleh banyak orang,kata-kata ini Jakarta bung bukan Solo banyak kita dengar,namun untungnya ada beberapa elit politik yang memiliki penglihatan tajam,mampu melihat keistimewaan Jokowi,maka ia diberi kesempatan untuk bertanding memperebutkan posisi orang nomor satu di Jakarta dan Jokowi berhasil terpilih. Seandainya kesempatan tidak diberikan kepada jokowi tetapi tokoh lain,bisa dibayangkan bagaimana frustasinya warga Jakarta mengharapkan sebuah perubahan. Jokowi dengan slogan Jakarta baru,mampu memberikan harapan kepada masyarakat Jakarta. Ibarat seorang supir yang baik,walaupun berganti mobil menjadi lebih besar tetapi Jokowi tetap mampu mengemudikan mobil dengan sempurna, diawal ia belajar dengan cepat, tidak menunjukan keraguan dan kegugupan, mengerti tentang mobil,mengerti jalan,mengerti keinginan penumpang dan mencoba untuk mempercepat laju kendaraan tanpa sikap yang ugal-ugalan . Berbeda dengan gubernur sebelumnya,calon yang paling berpengalaman kata orang,walaupun telah lama menjadi bagian dari bus besar tersebut,sampai akhirnya diberikan kesempatan menjadi supir bus, nyatanya ia tidak mampu mempercepat laju bus,kurang perhatianterhadap keinginan penumpang dan membiarkan kondisi mobil tetap berantakan. Aneh memang,supir yangsangat pengalaman,pun belajar di negeri Jerman,tapi tidak bisa menerapkan kemampuannya. Walaupun telah berpuluh-puluh tahun menyupir,tapi laju kendaraanya mampu disalip oleh jokowi yang baru mulai menyupir bus besar itu. Tentu,tidak enak mengandai-andai,dengan perkataan “seandainya dari dulu supir kita Jokowi,tidak seruwet seperti sekarang  Jakarta”.

Berkaca dari Jokowi,menjadi pemimpin itu tidak semata pintar secara akademik,menjadi pemimpin itu tentu beda dengan menjadi dosen yang memang membutuhkan kepintaran akademik,walaupun untuk itubeberapa universitas mungkin terlalu silau dengan gelar yang pada akhirnya mengabaikan kualitas-kualitas lain didalam diri setiap orang yang pada akhirnya hanya mendapatkan dosen pintar yang berprilaku seperti robot,sok,dan egois. Oleh karena itu,didalam mencari pemimpin kita tidak harus silau dengan gelar akademik, harus ada kualitas lain dari diri setiap orang yang perlu dipertimbangkan. Dan Kualitas lain itu adalah kualitas hatinya. Kualitas hati inilah yang bisa kita lihat di diri seorang Jokowi,hatinya tidak kotor dan rakus,hatinya yang tulus mampu mengimbangi pikirannya, sehingga gerak kaki dan tangannya untuk melakukan perubahan tidak dibatasi oleh kepentingan apapun.

Belajar dari pengalaman fatin dan jokowi membuat kita paham,bahwa memberi kesempatan kepada orang lain adalah sangat penting,karena dizaman edan ini,perilakuorang terkadang sangat kejam,banyak yang senangnya menghambat,mempersempit peluang orang yang dianggap lebih junior,lebih muda dan ini banyak terjadi didalam kehidupan.

Dulu,soekarno bergerakdan berjuang memerdekan bangsa ini dalam usia yang sangat muda,pun demikian halnya dengan tokoh perjuangan yang lain. Sebagai pemuda,mereka mempunyai semangat,kemauan untuk bergerak dan mengambil tindakan. Saat ini,ketika masyarakat memiliki kejenuhan dengan perilaku korup tokoh-tokoh tua,yang kemudian dicontoh generasi mudanya,seperti Gayus dan Nazarudin,maka ketika ketika melihat seorang tokoh muda yang merakyat,jujur dan mau bertindak,maka seharusnya ia diberikan kesempatan untuk mengabdikan dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline