Lihat ke Halaman Asli

Analisis Fundamental Saham Bird "Good Company Bad Stock"

Diperbarui: 4 April 2017   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Blue Bird Group adalah operator taksi terbesar di Indonesia, memimpin pangsa pasar sekitar 43 persen di sektor jasa taksi di Indonesia. Blue Bird Group sudah memiliki cabang di kota-kota besar di Indonesia antara lain, Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya, Cilegon, Semarang, Manado, Makassar, Denpasar, Mataram, Medan, Pekanbaru, Batam, Palembang, dan Padang. Perusahaan ini melayani jasa transportasi dan pariwisata, mulai dari taksi reguler hingga rental bus untuk konsumen. Selain di bisnis transportasi, Blue Bird Group juga bergerak di bidang logistik seperti pengiriman barang (kargo), ada pula di bidang industri, Blue Bird Group menjalankan jasanya untuk pembuatan bus, penyewaan alat berat dan pembuatan body bus (restu ibu pusaka).

Dominasi Blue Bird di pasar taksi Indonesia terutama disebabkan karena adanya high barrier to entrydalam industri taksi,dimana sulit sekali bagi pemain baru untuk memperoleh izin dari Pemerintah Daerah untuk mengoperasikan armada taksi. Dengan demikian, Blue Bird relatif aman dari kemungkinan mengetatnya persaingan karena adanya kompetitor baru. Namun, kemajuan teknologi mengakibatkan munculnya pemain baru di bidang transportasi seperti, Uber, Grab, Go-Jek dan lain-lain. Kehadiran kompetitor-kompetitor baru tersebut sangat menarik pangsa pasar karena mereka mengikuti trend saat ini yaitu memanfaatkan teknologi dalam stategi bisnisnya. Hal ini membuat saham Blue Bird turun dari Rp 7100 per lembar saham di awal tahun 2016 menjadi Rp 2960 di awal bulan Oktober atau turun sekitar 60%. Dengan melihat penurunan harga saham tersebut, Blue Bird dapat dikategorikan memiliki saham yang buruk (bad stock) pada saat ini.

Dalam menghadapi kompetitor-kompetitor baru tersebut, Blue Bird lebih memilih untuk melakukan kerja sama dengan salah satu penyedia layanan jasa transportasi online yaitu, Go-Jek. Kerja sama tersebut disambut baik oleh para investor yang ditandai dengan naiknya saham Blue Bird hingga 7,1 persen. Mengutip dari Beritasatu.com, Head of Public Relations PT Blue Bird Tbk, Teguh Wijayanto, mengkonfirmasi adanya kerja sama antara Blue Bird dan Go-Jek. Kerja sama tersebut nantinya akan meliputi aspek teknologi, sistem pembayaran, dan promosi. Seluruh inisiatif kerja sama akan berfokus pada peningkatkan layanan transportasi melaluimobile solution yang mudah dan nyaman. Blue Bird sebagai perusahaan yang telah lama menguasai pangsa pasar di bidang transportasi sangat cepat untuk menyesuaikan dengan persaingan barunya. Adanya kerja sama ini menunjukkan perusahaan Blue Bird tidak tinggal diam dalam menghadapi perubahaan.

Dengan analisis singkat mengenai Good Company Bad Stock yang sudah dijabarkan di atas, penulis juga menggunakan analisis fundamental yang akan dijelaskan di bagian selanjutnya.

  • Analisis Makro Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2016 di topang oleh pertumbuhan di masing-masing industri. Industri transportasi sendiri tumbuh 8,1- 8,4 persen yang didorong oleh peningkatan keselamatan dan keamanan transportasi, termasuk lalu lintas darat, khususnya di kota-kota besar seperti Kota Megapolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, Bandung, Medan, Makassar. Di samping itu, perbaikan faktor logistik termasuk kelancaran bongkar muat barang di pelabuhan (termasuk dwelling time) dan bandara di kota-kota besar tersebut yang telah meningkat efisiensinya.

Perekonomian Indonesia di tahun 2017 diperkirakan akan lebih menjanjikan dan membaik. Mengutip dari pernyataan ekonom Kenta Institut, Eric Suganda, memprediksi pertumbuhan ekonomi selama periode 2016, 2017, dan 2018, berturut-turut mencapai 5,1%; 5,3%; dan 5,5%. Laju inflasi diprediksi berada di level 3,0%, 3,5%, dan 3,8%. “Sedangkan kurs rupiah akan berada di posisi Rp 13.300, Rp 13.000, dan Rp 12.800 per dolar AS pada 2018,” tuturnya. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan tetap konsumsi rumah tangga, karena daya beli membaik berkat inflasi yang terkendali dan aktivitas ekonomi meningkat. 

Faktor kedua adalah investasi karena suku bunga rendah, demand dari rumah tangga membaik, dan dampak paket-paket kebijakan pemerintah. Selain itu, suksesnya program amnesti pajak (tax amnesty) telah menumbuhkan kepercayaan investor dan dunia usaha. Keberhasilan amnesti pajak juga akan memberikan ruang fiskal yang lebih baik, sehingga anggaran belanja infrastruktur akan lebih besar. Sejumlah faktor positif tersebut tentunya akan berdampak baik bagi Blue Bird Group yang bergerak di bidang transportasi, logistik dan industri.

  • Analisis Industri

Data di atas merupakan perbandingan antara emiten Blue Bird dengan industri maupun sektor.Dari valuasi PER, bisa dikatakan bahwa harga saham BIRD termasuk ke dalam hargasaham yang murah, atau undervalued. Dimana, jika dibandingkan dengan kinerja rata-rata per sektor maupun industri,kinerja keuangan Blue Bird termasuk dalam kinerja yang unggul. Untuk lebih spesifik mengenai valuasi saham Blue Bird dengan emiten lain di industri yang sama, penulisjuga menyajikan tabel perbandingan dengan emiten lain di bidang transportasi

Saham BIRD mengalami pertumbuhan EPS dari tahun 2014 ke 2015 sebesar 11%. Dengan demikian, untuk menghitung harga wajar, penulis memproyeksikan pertumbuhan EPS untuk saham BIRD dalam lima tahun kedepan sebesar 10%. Penentuan pertumbuhan EPS sebesar 10 % dikarenakan pertumbuhan EPS saham BIRD sebelumnya kurang dari 15%. Sedangkan untuk proyeksi PER, penulis menggunakan proyeksi PER sebesar  12 dikarenakan P/E saham BIRD berdasarkan data kurang dari 20 yaitu sebesar 15,43.

  • Proyeksi Harga SahamBIRD pada tahun 2020
  • Proyeksi PER x Proyeksi EPS tahun 2020
  • 12x 529.86=Rp6358.32
  • Saham BIRD akan diperdagangkan pada harga 6358.32 rupiah per lembar pada akhir tahun 2020.
  • Proyeksi Dividend Payout Ratio
  • Dividend Payout Ratio tahun lalu x Jumlah EPS 5 tahun kedepan
  • 13.00% x2209.43= 287.22
  • Proyeksi total dividen yang akan diterima selama 5 tahun ke depan adalah sebesar 287.22 rupiah per lembar saham
  • Harga sahamBIRD5 tahun ke depanditambah Dividend
  • Proyeksi harga saham tahun 2020 + dividend payout ratio
  • 6358.32+287,22= Rp6645.54

Penulis mengasumsikan Risk Premium sebesar 13.06 %, yang meliputi risk premium Indonesia sebesar 2.15% dan risk premium Amerika Serikat sebesar 4.41% ditambah dengan suku bunga deposito sebesar 6.50% (Risk Free).

Harga wajar saham didapat dari “harga saham BIRD 5 tahun ke depan” dibagi dengan “risk premium” sehingga berdasarkan perhitungan diatas, harga saham BIRD saat ini dapat dikatakan undervalued, karena harga wajar saham BIRD saat ini seharusnya adalah Rp 3181.82 sedangkan harga saham BIRD saat ini hanya Rp 2950.

  • Analisis Mikro Perusahaan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline