[caption caption="Leonardo DiCaprio berfoto bersama gajah, bak seorang pendekar penyelamat lingkungan (sumber: guardian.com)"][/caption]
Pekan lalu, pesohor terkemuka Hollywood Leonardo DiCaprio melakukan lawatan ke Sumatera. DiCaprio tak sendiri. Bersama aktor Adrien Brody dan kru, mereka mengunjungi Taman Nasional Gunung Leuser yang terletak di Aceh dan Sumatera Utara.
Di akun instagramnya DiCaprio mengunggah beberapa foto seputar lawatannya di Sumatera. Salah satu postingan DiCaprio menyebut perusahaan pulp dan kertas, Sinar Mas/APP sebagai perusahaan yang 'menghabisi' hutan alam Sumatera Selatan. DiCaprio sepertinya perlu meng-upgrade pengetahuannya. Pasalnya foto tersebut merujuk pada data Greenpeace tahun 2010!
DiCaprio rupanya tidak memiliki pengetahuan bahwa sejak 2013, Greenpeace mengapresiasi progres Asia Pulp Paper (APP) dalam kebijakan zero deforestation, yakni komitmen dalam penggunaan bahan baku produksi yang sepenuhnya berasal dari hutan industri yang berkelanjutan, bukan hutan alam.
Greenpeace memuji APP karena dianggap telah melakukan terobosan besar, serta membandingkan APP dengan kompetitor sejenis yang disebut tertinggal karena 'kebijakan yang lemah'.
APP melalui Forest Conservation Policy (FCP) dinilai Greenpeace telah berhasil menjaga kelestarian hutan alam di Indonesia.
[caption caption="Progress review Forest Conservation Policy APP oleh Greenpeace, periode Oktober 2013 (sumber: greenpeace.org)"]
[/caption]
Isu keberlanjutan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan industri pulp dan kertas saat ini termasuk Pengelolaan Hutan Lestari (PHL), pengelolaan lahan gambut, eko-label, dumping/safeguard, perubahan iklim, dan lain-lain.
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, Indonesia berada di peringkat ke-9 untuk produsen pulp terbesar di dunia dan ke-6 untuk produsen kertas terbesar di dunia.
Pada tahun 2012, kontribusi industri pulp dan kertas terhadap PDB Indonesia mencapai sekitar 4% dan pada 2013 menyerap tenaga kerja sebanyak 3,5 juta orang. Selain memberi kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menyediakan lapangan kerja, industri pulp dan kertas turut berkontribusi terhadap pembangunan infrastruktur.
Permintaan kertas di dunia per tahunnya akan tumbuh sebesar 2.1%, dan di negara berkembang dapat mencapai 4.1%, sedangkan di negara maju hanya sebesar 0.5% per tahunnya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan industri pulp dan kertas telah bergeser dari Amerika Utara dan Eropa ke Asia dan Amerika Latin sehingga mendorong perkembangan perdagangan di Asia dan Amerika Latin.