[caption caption="Ilustrasi Gasifikasi Kulit Kayu, sebuah teknologi mutakhir ramah lingkungan, residunya bahkan dapat dijadikan pupuk (Sumber: volund.dk)"][/caption]Kehidupan manusia sejatinya selalu membutuhkan energi. Dari zaman purba hingga zaman modern, manusia menggunakan bahan dari alam untuk menghasilkan energi dan memanfaatkannya untuk keperluan hidupnya. Dari membakar rerumputan kering, dahan kering hingga batang kayu besar. Mulai dari memasak makanan sehingga tidak lagi mentah, menghangatkan air, mengolah biji-bijian sehingga bisa dimakan, menghangatkan tubuh, mengusir binatang buas, mengeringkan pakaian, keperluan medis dan sebagainya.
Energi yang dihasilkan itu tentunya menghasilkan zat sisa hasil produksi atau polutan. Bukan hanya aktivitas manusia saja, aktivitas alam pun turut menyumbang polutan di bumi ini, letusan gunung berapi misalnya. Saking kuatnya letusannya, peradaban bisa hancur, dan iklim dunia bisa berubah. Letusan Gunung Toba dan Gunung Samalas jutaan tahun lalu memicu terjadinya zaman es di seluruh dunia. Letusan gunung Tambora dan Krakatau membuat iklim dunia berubah di zaman modern. Pada intinya adalah bumi tidak pernah betul-betul bersih, karena aktivitas yang memerlukan energi baik oleh alam maupun manusia pasti menghasilkan zat buang atau polutan.
Lalu bagaimana di abad 21 ini? Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang pesat sejak ratusan tahun lalu dan merevolusi kehidupan manusia. Revolusi Industri yang dimulai pada akhir abad 18 menjadi motor yang mengubah jalannya peradaban manusia pada masa ini. Dengan menggunakan tenaga uap dan dijalankan dengan mesin, industri mulai berkibar.
Mulai dari batubara, minyak bumi, gas, dan sekarang nuklir, manusia selalu berinovasi menggunakan kombinasi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk meningkatkan kualitas peradabannya. Berbagai macam sumber daya alam dalam pemanfaatan energi digunakan untuk menunjang kehidupan manusia, namun sisi gelapnya, polutan yang merupakan zat sisa hasil industri pun tetap ada dan jumlahnya semakin meningkat sehingga mengancam kehidupan manusia.
[caption caption="Sebuah laporan yang menunjukkan bahwa suhu global pada 2015 adalah yang tertinggi sepanjang sejarah (thinkprogress.org)"]
[/caption]Tahun 2015 ditetapkan sebagai tahun terpanas di bumi, ini akibat peningkatan emisi gas rumah kaca yang jumlahnya terus meningkat seiring dengan pesatnya industri yang ada. Jika bumi semakin panas, es di kutub akan mencair. Akibatnya, permukaan air laut akan meningkat, banyak pulau-pulau kecil akan hilang, dan banyak dataran rendah (yang notabene merupakan tempat mayoritas manusia tinggal) akan tenggelam.
Ini sebuah bencana bom waktu yang mengancam kehidupan manusia, di mana satu sisi luas wilayah menyusut, sementara penyediaan pangan dan tempat tinggal yang berkurang. Kondisi ini terus diperparah jumlah populasi manusia yang telah mencapai 7 milyar jiwa lebih, dan terus bertambah. Belum lagi korban jiwa dari pihak manusia, dan hilangnya keanekaragaman hayati akibat bencana ini.
Namun faktanya adalah bahwa industri juga merupakan penggerak dunia. Adalah hal yang mustahil untuk menghilangkannya begitu saja. Untungnya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mulai menemukan solusi untuk situasi penuh dilema ini. Dalam dunia industri mulai dikenal teknologi baru yang ramah lingkungan. Salah satu yang termutakhir yaitu sistem Wood Bark Gasification atau Gasifikasi Kulit Kayu.
Gasifikasi adalah sebuah alternatif pembakaran untuk menghasilkan listrik lebih efisien dengan menggunakan kulit kayu dan dengan demikian mengurangi penggunaan bahan bakar tradisional seperti batu bara atau minyak dan gas.
Gasifikasi adalah teknologi bersih yang dapat diandalkan yang dapat mengubah biomassa atau bahan yang mengandung karbon menjadi gas sintetik. Gas ini kemudian dapat digunakan di mesin gas untuk produksi listrik dan panas. Manfaat yang signifikan adalah bahwa peralatan yang dibutuhkan lebih efisien dan mudah dijangkau, sehingga memungkinkan fasilitas ini bisa dibangun di komunitas kecil sekalipun, di mana saja.
Keuntungan besar lainnya dari teknologi ini adalah tidak perlu perlakuan khusus kepada kulit kayu bahan bakar, terutama serpihan kayu dan bisa dari jenis hutan apa saja, serta tanpa harus melalui proses pengeringan.
Lalu, air yang dihasilkan dalam proses ini dibersihkan dari tar dan diubah menjadi bio-oil. Bio-oil dapat disimpan dalam tangki sehingga ketika fasilitas ditutup untuk perbaikan masih dapat menghasilkan energi dan menyediakan panas dan listrik dari biomassa, alih-alih menggunakan bahan bakar fosil .