Lihat ke Halaman Asli

Si Bino yang Berbeda

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alkisah ada seekor induk burung sedang berbahagia karena baru saja dikaruniai 5 ekor anak yang lucu nan menggemaskan. Anak-anak itu pun diberi nama: Hansen, Manu, Ersa, Raka dan Bino.

Hansen si sulung sangat sayang kepada adik-adiknya. Dia tak keberatan berbagi apa pun dengan adik-adiknya secara sama rata. Bahkan, dia rela makan paling akhir setelah memastikan semua adiknya kenyang. Saat sang ibu sedang pergi mencari makan, Hansen rela tidak tidur siang demi menjaga adik-adiknya. Dari kesemua adiknya, si bontot Bino adalah yang paling disayangnya.

Manu, Ersa, dan Raka memiliki sifat yang mirip, gemar bermain, bercanda dan menggoda Bino. Tapi, itu semua tetap dalam kerangka sayang. Tidak satu pun dari mereka yang berniat untuk berlaku jahat pada adiknya.

Bino, sebagai anak yang paling kecil, memang sering menjadi sasaran keusilan kakak-kakaknya dan seringkali kalah dalam berebut makanan dari kakak-kakaknya saat sang ibu kembali dari perburuan dan memberi makan anak-anaknya. Tapi Bino tidak merasa sedih atau marah karena dia tahu semua kakaknya, utamanya Hansen, sayang padanya sehingga biarpun kalah pada perebutan awal, namun pada akhirnya Bino akan tetap memperoleh makanan dengan porsi yang sama.

Waktu terus berjalan. Secara perlahan, badan anak-anak burung itu mulai ditumbuhi bulu. Semakin lama bulu yang tumbuh semakin lebat. Sang ibu memperhatikan satu demi satu pertumbuhan anak-anaknya dan tersenyum betapa mereka demikian mirip dengannya. Warna coklat tua yang dominan dipadu dengan corak kombinasi putih, kuning dan hitam menghiasi tubuh anak-anak burung itu persis dengan sang induk. Namun, ternyata tidak semua anak burung itu memiliki bulu dengan warna dan corak yang sama dengan induknya. Ada satu anak yang hanya dihiasi dengan bulu putih di seluruh tubuhnya. Ya, dia adalah Bino.

Nama Bino yang diberikan oleh sang induk ternyata merupakan pertanda bahwa Bino berbeda dengan kakak-kakaknya. Perbedaan yang dimiliki Bino ini dengan segera menjadi buah bibir di kalangan tetangga. Ada tetangga yang memahami tapi ada juga yang mencibir. Pembicaraan tentang Bino ini cepat sekali menyebar dan akhirnya sampai ke telinga sang induk dan anak-anaknya.

Sang induk dengan penuh kasih sayang bicara pada Bino: “Nak, segala omongan yang tidak baik tentang dirimu janganlah kamu masukkan dalam hati. Kamu memiliki kemampuan yang sama dengan mereka. Justru, jadikanlah omongan mereka itu sebagai penyemangatmu. Jangan kau balas mereka dengan hal yang tidak baik juga. Buktikan kamu lebih baik. Kami semua sangat menyayangimu dan selalu mendukungmu.” demikian sang induk bertutur. Setelah itu Hansen, Manu, Ersa dan Raka secara bersama-sama mendekati adiknya. Hansen berbicara kepada adiknya “Bino, kami tidak akan biarkan omongan itu melemahkanmu. Kami, kakak-kakakmu ini, sungguh sayang padamu. Kulit kita mungkin beda tapi kami lebih mengenalmu dibandingkan mereka. Apapun perbedaan kita, saudara tetaplah saudara. Selamanya!” Kakak beradik itu pun berangkulan.

Sejak itu, Bino tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi dan berani namun tetap rendah hati. Sang induk dan kakak-kakaknya bangga sekali pada Bino. Perlahan tapi pasti, tetangga yang tadinya bicara buruk tentang Bino berubah menjadi baik setelah Bino senantiasa menunjukkan rasa hormat kepada mereka yang mencibirnya. Satu per satu para tetangga itu datang dan meminta maaf kepada Bino, Ibu dan kakak-kakaknya atas perlakuan buruk mereka selama ini dan Bino serta keluarganya menerima permintaan maaf itu tanpa sedikit pun ada rasa dendam. ----

Perbedaan bukanlah alasan untuk merendahkan pihak lain karena bisa jadi dia yang berbeda itu justru lebih baik dari kita. Adalah hati yang menentukan baik atau tidaknya seseorang, bukan kulitnya.

Teruntuk #GubernurAhok, selamat bertugas Pak!

*kesamaan nama hanyalah kebetulan belaka. Mohon maaf apabila ada yang tersinggung. Sang induk adalah ilustrasi dari Indonesia. 5 ekor adalah ilustrasi dari Pancasila. Keseluruhannya adalah ilustrasi Bhineka Tunggal Ika. Saya bebaskan pembaca untuk mengelaborasikannya. Salam. :)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline