Lihat ke Halaman Asli

Tjut Zakiyah Anshari

Pendiri Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB, domisili Tulungagung.

Desa Membaca di Pelosok Kalbar

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1421724149317523444


[Catatan (1) dari pojok Pelatihan Pendamping SIDeKa]

Bertemu dengan para pegiat literasi, pendamping dan pemberdaya masyarakat, adalah kesempatan luar biasa untuk membaca dan membaca. Bertukar dan berbagi pengalaman dan gagasan, untuk saling menginspirasi dan berbagi spirit, bahwa siapapun bisa melakukan hal terbaik untuk lingkungan dengan segala potensi dan bahkan keterbatasan yang ada pada kita. Dengan membaca pengalaman dan pengetahuan orang lain, dapatlah kita membuat takaran untuk diri kita sendiri, apa yang seharusnya dapat kita lakukan.

[caption id="attachment_391981" align="aligncenter" width="300" caption="Deman Huri, pegiat literasi dan radio komunitas dariKubu Raya, Kalimantan Barat."][/caption]

Jauh di pedalaman Kalimantan Barat, Deman Huri, pegiat radio komunitas sudah sejak tahun 2010 juga menggiatkan gerakan Desa Membaca. Awal gerakan ini, bukan dengan menyediakan perpustakaan, tapi dengan strategi memanfaatkan potensi yang Deman dan kawan-kawan miliki, yaitu koleksi buku (yang terbatas) dan radio komunitas yang mereka bangun.

Desa Membaca ini menurut Deman adalah gagasan yang muncul dari komunitas Rakom (Radio Komunitas) di daerahnya, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sampai saat ini ia tak tahu banyak tentang Taman Bacaan Masyarakat atau dukungan yang sebenarnya pemerintah berikan untuk pengembangan budaya literasi melalui Taman Bacaan Masyarakat. Tahun 2010 ia bersama dengan kawan-kawan pegiat Rakom mengumpulkan buku yang mereka miliki. Mereka membacakannya setiap hari yang disiarkan melalui radio komunitas. Setiap hari. Dengan daya jangkau radio ini, masyarakat desa dapat menikmati satu cerita dari buku yang dibacakan di radio itu.

Berawal dari satu radio, dan satu desa, hingga saat ini, Desa Membaca telah mencakup 10 Desa dengan model pengembangan yang sama.

Dalam waktu 4 tahun ini, Deman menceritakan kemajuan yang sangat signifikan. Guru-guru juga acapkali menugaskan siswanya untuk mendengarkan buku radio, dan menuliskannya kembali dengan bahasanya sendiri. Saat ini, Deman dan kawan-kawan mulai merintis perpustakaan masyarakat yang dipusatkan di radio-radio komunitas di wilayah Kalimantan Barat sebagai gerakan membaca dari akar rumput. [***]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline