Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang baru-baru ini diberlakukan pemerintah menjadi isu yang cukup menyita perhatian, terutama di sektor pertanian. Ahmad Effendy Noor, seorang pengamat ekonomi, memberikan tanggapannya terkait dampak kebijakan tersebut terhadap petani kecil.
Menurutnya, meskipun ada upaya untuk menjaga daya beli petani melalui subsidi, kenyataannya kebutuhan akan pupuk non-subsidi semakin mendesak, terlebih di tengah biaya produksi yang terus meningkat. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apakah pupuk non-subsidi bisa menjadi solusi yang berkelanjutan bagi petani kecil?
Dalam pandangan Ahmad Effendy Noor, kenaikan PPN yang mengarah pada kenaikan harga barang dan jasa, termasuk pupuk, akan semakin menekan margin keuntungan petani kecil. Pupuk menjadi salah satu bahan utama dalam produksi pertanian, dan ketergantungan pada pupuk bersubsidi selama ini menjadi solusi jangka pendek untuk menjaga aksesibilitas petani terhadap input pertanian yang esensial.
Akan tetapi, dengan keterbatasan anggaran pemerintah dalam menyediakan subsidi, serta kebutuhan untuk mengurangi beban fiskal, beralih ke pupuk non-subsidi menjadi langkah yang tak bisa dihindari.
Namun, apakah pupuk non-subsidi dapat memenuhi kebutuhan petani kecil? Di satu sisi, pupuk non-subsidi sering kali lebih efisien dalam hal kualitas dan kandungan nutrisinya, yang dapat meningkatkan hasil pertanian. Tetapi di sisi lain, harga yang lebih tinggi menjadi hambatan besar bagi petani kecil, yang kebanyakan sudah terdesak dengan harga jual produk mereka yang tidak sebanding dengan biaya produksi.
Oleh karena itu, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara kualitas dan harga yang terjangkau, terutama bagi petani dengan lahan terbatas.
Menurut Ahmad Effendy Noor, pemerintah dan perusahaan harus mencari alternatif kebijakan yang lebih berkelanjutan untuk mengatasi ketergantungan pada subsidi. Salah satunya adalah dengan mendorong inovasi dalam pengembangan pupuk organik dan pupuk berbasis teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Penggunaan pupuk berbasis bioteknologi atau pupuk cair dengan kandungan mikroorganisme dapat menjadi solusi yang lebih terjangkau dan efektif bagi petani kecil. Selain itu, perusahaan pupuk perlu berinovasi dalam menciptakan produk yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga terjangkau, dengan mengurangi biaya distribusi dan memaksimalkan efisiensi produksi.
Selain dari sisi produk, perlu juga diupayakan pembinaan dan pelatihan kepada petani agar mereka bisa mengoptimalkan penggunaan pupuk secara tepat guna. Program pendidikan yang diselenggarakan oleh perusahaan pupuk, bekerja sama dengan pemerintah, sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai cara memilih pupuk yang tepat sesuai dengan jenis tanaman dan kondisi tanah mereka.
Pendekatan berbasis data dan teknologi informasi (TI) yang dapat membantu petani menganalisis kondisi lahan juga bisa menjadi langkah progresif dalam mendukung keberlanjutan usaha pertanian.