Lihat ke Halaman Asli

Achmad Zaky

Business Development at WBA Indonesia

Regional Payment Connectivity: Kekuatan Baru Negara ASEAN Menghadapi Rivalitas Global

Diperbarui: 20 Juni 2023   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrative image/photo: https://internationalfinance.com

Setelah Thailand, QRIS Resmi di Malaysia.

Bank Nasional Malaysia (BNM), pada 14 Juni 2023, beberapa hari lalu secara resmi meluncurkan Cross-bolder QR payments bertepatan dengan penyelenggaraan BNM Sasana Symposium 2023, dimana saat ini local QR code Malaysia (DuitNow) bisa digunakan bertransaksi di Singapura (NETS), Thailand (PromptPay), dan Indonesia (QRIS). Tahap inisiasi dan implementasi pembayaran berbasis QR Code antara Bank Indonesia dan Monetary Authority of Singapore (MAS) juga sudah terlaksana pada akhir Agustus 2022. Sedangkan di Thailand sejak 29 Agustus 2022, masyarakat Indonesia telah bisa menggunakan QRIS dalam melakukan transaksi di negara 'Gajah Putih' tersebut.

Penerapan konektivitas sistem pembayaran antar negara ASEAN memungkinkan pembayaran bisa langsung konversi antar mata uang, misalnya: Baht - Rupiah, Rupiah - Ringgit, Rupiah - Dolar Singapura, Rupiah - Peso. Dengan konektivitas sistem pembayaran yang telah terbangun tersebut, kita bisa melakukan transaksi lintas negara dengan lebih murah dan efisien tanpa harus repot menukar uang tunai, cukup menggunakan ponsel maka kesulitan saat melakukan transaksi pembayaran di negara tetangga yang selama ini terjadi telah dapat teratasi. Selain menghadirkan kemudahan perihal Sistem Pembayaran, inovasi ini juga secara langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Kawasan ASEAN.

Transformasi Ekonomi Pasca COVID-19.

Pada era globalisasi dan transformasi digital yang sedang berlangsung dan terus berkembang, konektivitas sistem pembayaran antar negara ASEAN menjadi salah satu langkah penting dalam mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih kuat di Asia Tenggara. Dalam upaya ini, Bank Indonesia (BI) berperan sebagai salah satu pemimpin dalam memperkuat Sistem Pembayaran di Kawasan ASEAN. Dampak pandemi COVID-19 telah mengubah pandangan serta kondisi ekonomi global, termasuk di Indonesia dan negara-negara ASEAN. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia melihat pentingnya melakukan transformasi ekonomi dengan fokus pada digitalisasi sebagai salah satu solusi untuk mempercepat pemulihan dan meningkatkan daya saing ekonomi di masa depan. Transformasi digital ini menjadi bagian dari agenda yang diusung pada Indonesia Development Forum 2022 lalu dengan tema "The 2045 Development: New Industrialization Paradigm for Indonesia's Economic Transformation".

Selain itu, konektivitas sistem pembayaran antar negara ASEAN juga memberikan manfaat yang signifikan terutama bagi sektor pariwisata, salah satu sektor yang sangat potensial yang dimiliki oleh Indonesia. Para wisatawan selain mendapatkan kemudahan dalam melakukan transaksi, terobosan tersebut sekaligus memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi para turis, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berdampak langsung khususnya bagi para pelaku UMKM di area pariwisata. Untuk kalangan pebisnis, ekspatriat, dan para pekerja migran juga mendapati kemudahan yang sama dalam melakukan fund-transfer. Pada lingkup yang lebih luas tentunya Regional Payment Connectivity (RPC) tersebut memperkuat integrasi ekonomi di kawasan ASEAN.

Adopsi Teknologi dan Inklusi Keuangan Negara ASEAN.

Peneraapan penggunaan QR Code Indonesian Standard (QRIS) dan QR Code dari Bank Negara Malaysia, Monetary Authority of Singapore, Banko Sentral ng Pilipinas, dan Bank of Thailand memungkinkan konsumen dan pebisnis akan dapat melakukan dan menerima pembayaran lintas negara dengan lebih efisien dan lebih ekonomis. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Dr. Sugeng, Deputi Bank Indonesia, mengutip pernyataannya pada website Bank Indonesia: "This initiative is a milestone of the Indonesian Payment System Blueprint 2025, especially in retail payments. It links cross-border payments through the interconnection of national QR codes of our two countries. One interesting aspect of this project is the use of direct quotation of local currency exchange rates provided by the Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) banks under the Local Currency Settlement (LCS) Framework to improve the efficiency of the transactions, thus lowering transaction costs". Transformasi digital diharapkan mampu mengungkit tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan proyeksi secepatnya menuju pendapatan per kapita sebesar $12.535 yang menjadi threshold high income. Langkah konkrit Indonesia menginisiasi Regional Payment Connectivity diharapkan menjadi game changer perekomonian Indonesia serta negara-negara ASEAN untuk mampu meningatkan inklusi keuangan, ekonomi digital, serta transaksi e-commerce.

Tidak hanya itu, implementasi Regional Payment Connectivity juga akan memicu hal positif lain, yaitu mendorong adopsi teknologi digital secara masif di negara-negara ASEAN. Tentu saja, dalam membangun konektivitas sistem pembayaran di Kawasan ASEAN secara bersamaan menghadirkan tantangan lain, salah satunya adalah perbedaan regulasi dan kebijakan di antara negara-negara ASEAN yang bisa menjadi ruang penghambat konektivitas ini terwujud secara keseluruhan di 11 (sebelas) negara anggota ASEAN. Oleh karena itu, sangat penting bagi bank sentral dan regulator di setiap negara ASEAN untuk terus bekerja sama dalam menyelaraskan peraturan dan membangun kerangka kerja yang saling mendukung, perihal keamanan transaksi dan perlindungan data tentunya menjadi prioritas yang harus diutamakan.

Integrasi Teknis dan Bisnis berbasis QR Code.

Integrasi dua platform berbasis QR Code yang menggunakan Application Programming Interface (API) sebagai jembatan koneksinya kemungkinan akan menghadirkan celah seperti: broken data format, compliance check complexities, limited operating platfrom, high funding cost, dan long transaction chain yang bisa menjadi beberapa isu pada tech stack konektivitas sistem pembayaran antar negara. Selain itu juga terdapat perspektif serta bisnis proses yang harus diakomodir bersama oleh Para Regulator, Bank Sentral, Lembaga Perbankan serta FinTech (Financial Technology) di setiap negara ASEAN. Menurut Saurabh Khandelwal, Senior Vice President DGS Translogistic, yang juga pakar Card and Payment, tantangan keamanan dan perlindungan data dalam implementasi lingkup teknologi serta rencana pengembangan berkelanjutan untuk Cross-border Payments dari sisi bisnis serta teknologi bisa merujuk pada standar penerapan ISO 20022 serta protokol SWIFT data processing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline