Pada hari Minggu tanggal 26 November 2023, Komunitas Kejar Mimpi Malang mengadakan kegiatan melukis Totebag bersama kalangan disabilitas Bina Harapan Wajak. Acara tersebut bertempat di Balai Pertemuan Wajak Malang, Jawa Timur. Sesuai dengan temanya yaitu Fun with disability, Brushing Boundaries: "Exploring Creativity In Totebag Painting", kegiatan tersebut memang berkonsep seru-seruan dengan kalangan disabilitas untuk memperkuat kepercayaan diri mereka, mengeksplor kreatifitas mereka dalam melukis dan membangun kesan positif.
Dalam menyukseskan kegiatan tersebut, komunitas Kejar Mimpi Malang berkolaborasi dengan komunitas pemerhati penyandang disabilitas Malang Raya Omah Gembira. Kegiatan tersebut menghadirkan team Hepigow sebagai pengisi acara yang juga menyediakan alat dan bahan untuk melukis bagi kalangan disabilitas. Tidak hanya itu, hadir juga teman-teman dari komunitas berbagi tak pernah rugi yang ikut mensupport kegiatan tersebut.
Sembari menunggu kedatangan teman-teman disabilitas, Kak Riza sebagai perwakilan dari Omah Gembira terlebih dahulu memberikan pengarahan terkait disabilitas kepada teman-teman komunitas kejar mimpi yang dihadiri sekitar 16 orang member dan 8 orang volunter. Dalam pengarahannya, Kak Riza mengungkapkan bahwa "Disabilitas itu terbagi menjadi 4 macam, yaitu menyangkut fisik, intelektual/kognitif, sensorik maupun mental. Disabilitas fisik berkaitan dengan penurunan mobilitas tubuh yang dapat menyebabkan gangguan dalam beraktivitas. Kemudian ada Disabilitas Intelektual, ini pengaruhnya pada perkembangan belajar, IQ-nya, bisa jadi dari segi umur dia sudah tergolong dewasa tetapi pikirannya masih kayak anak-anak. Lalu ada disabilitas sensorik yang mengacu pada keterbatasan fungsi sensorik serta disabilitas mental yang berkaitan dengan gangguan dalam mengelola emosinya."
Setelah memberikan informasi seputar disabilitas, kak Riza menekankan pentingnya kesetaraan dalam bergaul dengan teman-teman disabilitas. "teman-teman disabilitas itu biasanya mereka tidak ingin dilihat berbeda, dikasihani apalagi didiskriminasi, yang perlu kita kedepankan adalah kesetararaan", tutur Kak Riza di akhir pengarahannya.
Mengacu pada konsep kesetaraan, terdapat regulasi yang menjadi landasan terhadap perlakuan pada penyandang disabilitas yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016. Undang-Undang tersebut mengganti kata yang sebelumnya "penyandang cacat" dengan kata yang lebih baik yaitu "penyandang disabilitas". Hal penting yang ditegaskan di dalam Undang-Undang tersebut adalah bahwa setiap warga negara termasuk para penyangdang disabilitas, mempunyai kedudukan hukum dan hak asasi manusia yang sama sebagai warga negara Indonesia dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Maka dari itu sudah sepatutnya, stigma negatif masyarakat terhadap kalangan disabilitas harus dihapuskan. Kalangan disabilitas sejatinya juga punya hak yang sama dengan orang-orang pada umumnya untuk mendapatkan perlakuan dan penghidupan yang layak, nyaman dan bahagia tanpa dibeda-bedakan. Masyarakat harus mulai memperhatikan kalangan disabilitas dan mensupport mereka untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan ramah disabilitas.
Sambil menunggu dimulainya acara, teman-teman dari komunitas kejar mimpi bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman-teman disabilitas untuk membangun kedekatan dan pembauran agar mereka merasa nyaman ketika dimulainya kegiatan nanti.
Selama berjalannya acara, teman-teman disabilitas sangat antusias dalam melukis. Ada yang perlu dibantu dalam membuat sketsanya, namun ada juga yang mampu mengerjakannya mandiri dari awal sampai akhir. Melalui gambar yang mereka buat, kita dapat melihat sedikit gambaran mengenai diri mereka, ada yang perfeksionis, teliti ataupun punya inisiatif sendiri. Acara fun with disability ini, tidak hanya menjadi sarana untuk menuangkan minat melukis mereka, melainkan juga menjadi sarana pembelajaran kognitif bagi mereka. Teman-teman komunitas kejar mimpi memperkenalkan macam-macam warna dan juga nama-nama binatang dan tumbuhan yang ada di gambar.
Setelah kegiatan menggambar selesai, dilanjutkan dengan foto bersama. Kemudian totebag yang telah dilukis selanjutnya dikemas dan dibawa pulang oleh teman-teman disabilitas. Tidak hanya mendapatkan totebag, masing-masing dari mereka juga diberikan bingkisan berupa snack.
Pada akhir acara, Kak Riza mengungkapkan apresiasinya kepada komunitas kejar mimpi yang telah mengadakan kegiatan ini, "saya sangat mengapresiasi teman-teman yang telah menyelenggarakan acara ini, teman-teman bisa bergaul dan berkomunikasi dengan baik pada mereka. Biasanya perlu 3-4 kali pertemuan bagi orang asing untuk membangun kedekatan dengan mereka, namun tadi dalam waktu yang singkat, meskipun pada awalnya masih kaku tapi beberapa saat kemudian mereka langsung terbuka dengan teman-teman dari kejar mimpi."
Ketika berpamitan, bu Tin selaku orang yang menjadi pionir dan mewadahi anak-anak disabilitas juga menyampaikan apresiasi dan harapan, "saya senang sekali adek-adek telah mengadakan kegiatan ini, jika adek-adek ada waktu luang boleh ke sini lagi, soalnya kegiatan di sini sudah mulai jarang karena keterbatasan tenaga pengajar. Terkadang jika tidak ada pengajar yang datang sama sekali terpaksa saya liburkan. Kegiatan rutinnya biasanya diadakan setiap hari sabtu dan minggu. Saya mengumpulkan dan mewadahi anak-anak disabilitas tidak hanya di wajak saja tapi juga wilayah sekitarnya seperti poncokusumo dan dampit. Akan tetapi untuk dana fasilitas terkadang susah untuk mendapatkannya dari pemerintah desa karena anak-anaknya tidak hanya terdiri dari penduduk di wajak saja. Saya berharap ada orang lain, komunitas atau siapapun yang dapat membantu di sini baik sebagai tenaga pengajar maupun memberikan fasilitas dana."
Bagi komunitas kejar mimpi sendiri, kegiatan ini dapat memberikan pengalaman serta menumbuhkan jiwa kepekaan sosial terhadap orang-orang terutama disabilitas di sekitarnya.