Lihat ke Halaman Asli

MOH ZAKY FAKHREZY

Mahasiswa - DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Identitas Pulau Kecil di Utara Kabupaten Gresik

Diperbarui: 10 November 2022   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kita sudah tak asing lagi bukan dengan nama pulau di utara kabupaten Gresik, Nama pulaunya yaitu pulau Bawean, pulau Bawean ini banyak menyimpan keidahan yang sanggup di adu dengan pulau-pulau lainnya, pulau ini juga menawarkan banyak sekali obyek wisata mulai dari pantai, danau, air terjun, dan penangkara rusa yang menjadi simbol Icon dari pulau ini. 

Dan mayoritas orang pencaharian oaring Bawean ini yaitu nelayan, berdagang dan Bertani. Untuk berkujung ke pulau ini dapat di tempuh dalam perjalanan laut dan udara, perjalan laut bisa dari Gresik dan Lamongan.

Biasanya kalau menggunakan kapal cepat Express Bahari dapat di tempuh kurang lebih 3 jam namun bila menggunakan kapal lambat Gili Iyang waktu tempunya kurang lebih 9 jam dan sekarang untuk ke pulau ini bisa di tempuh dengan menggunakan  jalur udara rute dari bandara Juanda Surabaya menuju bandara Harun Tohir Bawean, pesawat yang di gunakan rute Bawean Surabaya ini masih menggunakan pesawat Airfast(pesawat kecil) berkapasitas 15 penumpang. Perjalanan menggunakan pesawat ini bisa di tempuh dengan kurun waktu 40 menitan.

Pulau Bawean ini berada di laut Jawa sekitar 80 mil atau 120 kilometer di sebelah utara Gresik, pulau Bawean ini masih termasuk dalam wilayah Gresik, Jawa timur. Pulau ini terdiri dari dua kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura dan Tambak, pulau ini memiliki luas kurang lebih 197 kilometer persegi. Dan memiliki desa tiga puluhan (30) di kecamatan Sangkapura terdapat 17 desa dan di kecamatan Tambak terdapat 13 desa. Dan jumlah penduduk secara keseluruhan di pulau ini kurang lebih sekitar 70.000 jiwa. Yang mayoritas Agama di pulau Bawean ini adalah Muslim.

Asal usul pulau ini menurut banyak sumber pulau ini dulunya sebelum di temukan oleh sekelompok pasukan kerajaan Majapahit merupakan pulau yang tidak berpenghuni, penamaan pulau ini bermula Ketika kerajaan Majapahit tengah mencapai puncak masa keemasannya melalui patih yang sangat terkenal gagah perkasa yaitu patih Gajah Mada yang bercita-cita ingin menyatukan Nusantara di bawah kekuasaanya. 

Dan kemudian dikirimlah armada-armada prajuritnya ke berbagai daerah seberang. Namun semuanya berubah Ketika sekelompok pasukan dari kerajaan Majapahit mengalami nasib sial salah satu kapal prajurit yang dikirim mengalami nasib buruk dan terombang ambing di laut Jawa. Mereka di terpa angin dan badai, berselimut kabut dan di hantam oleh ombak bergelombang sangat besar hingga berminggu-minggu lamanya mereka ada dilaut. 

Dan banayak dari mereka yang meninggal dunia karena tidak tahan menahan rasa lapar dan kehausan serta dinginnya angin di lautan. Dan setelah angin mereda dan kabutpun perlahan mulai menghilang maka terlihatlah bebukitan yang masih tampak samar dari sebelah arah timur. 

Dari situlah prajurit-prajurit yang tersisa langsung bergegas menuju yang bebukitan tersebut, dengan badan yang lemas dengan sisa tenaga yang ada mereka bersusah payah untuk sampai ke pulau tersebut dengan harapan di pulau itulah mereka bisa bertahan hidup mereka terdampar di pulau ini sekitar tahun 1350-an. 

Dan saking senagnya meraka terlontar dari mulut pimpinan prajurit yaitu rangkaian kata BA - WE - AN kata-kata ini berasal dari bahasa sansekerta yang berarti Ada Sinar Matahari Ketika sudah semakin dekat dengan bebukitan tersebut maka bertambah senang pula para prajurit yang masih tersisah karena bebukitan tersebut adalah sebuah pulau. Maka untuk mengenang masa-masa tersebut akhirnya di namailah pulai tersebut dengan pulau Bawean.

Pulau ini juga mempunyai nama lain yaitu pulau Putri karena banyaknya laki laki di pulau ini yang merantau ke luar pulauyang menjadikan pulau ini dihuni oleh perempuan. Bahkan Sebagian orang banyak yang menyebut pulau ini dengan sebutan pulau kelahiran dan kematian dalam artian mereka lahir di pulau Bawean kemudian beranjak remaja bekerja di perantauan dan kemudian kalau sudah tua Kembali lagi ke Bawean dan meninggal di Bawean. 

Dan sampai saat ini masyarakat pulau Bawean masih mempertahankan tradisi yang masih melekat dari dulu sampai sekarang yaitu tradisi Gotong royong untuk hal-hal tertentu seperti: resepsi pernikahan, selamatan kematian (tahlilan), dan bersih-bersih desa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline