Lihat ke Halaman Asli

Berita Viral

Menyajikan informasi yang teraktual dan jangan lupa Di SUBSRIBE channel youtube Berita Viral untuk mendapatkan berita terbaru (Link youtube : https://www.youtube.com/channel/UCxUSoHb9ytqODnaldB_guyA)

Pohon Aneh

Diperbarui: 3 Mei 2020   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau hanyalah ciptaan Tuhan,

Kau tumbuh dan berkembang,

Kau juga membutuhkan makanan

Kau juga akan mati

Katakan kepada mereka, aku tidak bisa membantumu!!!

Pohon itu berumur 100 tahun, akarnya tertanam kuat bergerak keseluruh penjuru mata angin, berebutan dengan akar lain untuk mendapatkan makanan. Batang yang besar, butuh beberapa orang untuk memeluknya. 

Daunnya yang lebat menjadi tempat berlindung semua mahluk hidup. Ketika aku masih kecil, sering kali ku habiskan waktuku bersama teman-teman bermain-main disekitarnya. petak umpet, kejar-kejaran dan masih banyak lagi permainan yang kami lakukan. 

Pohon itu menjadi saksi perjalanan kisah kami. Selalu memberikan kesejukan jikalau kami kepanasan, memberikan kedamaian jikalau kami gelisah, memberikan keamanan jikalau kami terancam, memberikan semuanya yang membuat kami tidak ingin pulang.

Menyaksikan tangan-tangan  manusia menebang saudaranya. Teriakan pohon yang menjerit kesakitan ketika rantai berputar itu menyentuh kulitnya. Pemandangan yang menyedih, tumbang, tidak bisa melakukan perlawan, mereka tidak bersalah, mereka tidak berdosa, kenapa mereka dibantai?, seperti pembantaian muslim di Rohingya. Dasar manusia!!!. 

Menyaksikan mereka membangun istana yang megah, menyaksikan mereka berkembang biak, memperbanyak populasinya. Wahai manusia kenapa kamu tidak tebang juga diriku?, kau takut?, aku tidak bisa hidup melihat saudaraku dibantai, kenapa kau sisahkanku sendiri?.

Merurut cerita masyarakat, bahwa pohon besar itu yang sekarang terdapat bangunan masjid disamping kanannya, bukan sembarang pohon, bukan pohon biasa, memiliki kemampuan untuk melawan. Setiapkali rantai berputar itu menyentuh kulitnya, suasana jadi hening, mereka saling menatap, merinding ketakutan.

"pohon itu ada penjaganya"

"Aku melihat arwah nenok moyang di dalammya" kata salah seorang penebang pohon itu.

Kejadian ini diceritakan hingga cerita itu terbawa angin hinggap disetiap paguyuban, diam-diam masuk lewat telinga, terkontaminasi dengan hati dan pikiran hingga percayalah seantero manusia. 

Penyebarannya yang begitu cepat bagaikan virus corona yang menginfeksi manusia. Terdengar oleh pemimpin suku, awalnya tidak percaya, tapi cerita itu sudah menginfeksi hati dan pikirannya.

"cepat panggil pak Manto" perintah kepada anak buahnya.

"cepat laksanakan!!!". Pak Manto merupakan dukun yang sangat terkenal dan dipercaya, mampu berdialog dengan mahluk halus, memiliki ilmu yang mampu melumpuhkan segalanya.

Matahari tidak menampakkan wajahnya, angin berhembus dengan tempo yang lambat, kicauan burung yang seakan mengejek. Semuanya terasa aneh seakan menolak kehadiran kami. Pak Manto mulai berantraksi, berkomat kamit membaca mantranya, aku tidak paham apa yang ia baca.

"ini bukan sembarang pohon, ada penjaganya, saya melihat arwah nenek moyang kalian"  kata Pak Manto dengan ekspresi yang sangat meyakinkan.

"jangan tebang pohon ini"

Sebulan setelahnya terjadi bencana alam, siang malam hujan debit air meningkat menggenangi perkampungan itu. Peristiwa ini diekspos oleh berbagai media sosial, menjadi trending topik. Masyarakat kepanikan, mencari pertolongan kesana kemari. Pusing!!! Bertanya-tanya penyebabnya,

"pohon itu murkah, arwah nenek murkah, mungkin itu penyebabnya". Mereka saling menatap, saling curiga mencari-cari penyebabnya. Pemimpin suku kembali perintahkan anggotanya untuk memita petunjuk kepada Pak Manto. 

"betul!!! Arwah nenek moyang kalian marah, kalian harus mengorbankan satu ekor kambing jantang dan betina lalu bawah kepohon itu, kalau tidak, akan terjadi bencana yang lebih besar dari ini". 

"Apa? mengorbankan kambing? aneh bin ajaib, tidak masuk akal, pemikirannya masih bertaut pada metafisik yang membuatnya fanatik pada telunjuk Pak Manto" gumamku. Sekali instruksi mereka melaksanakannya, sebagaimana instruksi imam kepada makmumnya. Mereka sibuk menyiapakan segalanya, saling membantu.

Aku mulai resah, keresahanku membuat diriku menghampiri pak Manto yang sok tau itu, yang menyesetkan itu."memangnya pohon itu bisa menolong pak?" kataku 

"anak kecil jangan banyak bicara" sahutya. Meraka tetap melanjukkan dengan perpaduan ritual setempat. Arak-arakan menuju pohon itu, mengingatkanku dengan masa jahiliah, masa dimana manusia dikendalikan oleh kebodohan. "Semuanya sudah sesat, semuanya sudah jauh dariMu, mereka lebih percaya kepada makhlukMu". 

Pemandangan yang tidak seperti biasnya, kini pohon itu dipenuhi sesajiaen, silih berganti manusia membawanya, kami dilarang mendekat katanya sakral, padahal dulu kami sering bermain bersama dipohon itu hingga lupa pulang. Entah sampai kapan berlangsung, suara kamit idak didengarkan dianggap sampah.

Hujan deras kembali mengguyur kampung, debit air naik menyebabkan banjir.... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline