Lihat ke Halaman Asli

cari aku di lorong

Diperbarui: 22 Januari 2025   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja menyelimuti Rumah Sakit Jiwa Santa Maria, meninggalkan bayangan panjang di lorong-lorongnya yang sunyi.  Suasana mencekam mencengkeramku. Kakakku, Risa, menghilang. Hilang di rumah sakit tua ini, tempat dia dirawat karena penyakit misterius yang perlahan menggerogoti jiwanya.

Seminggu lalu, Risa dirawat di sini.  Rumah sakit ini menyimpan banyak kisah kelam. Dokter menyebut penyakitnya langka, gangguan neurologis yang menyebabkan halusinasi dan kehilangan ingatan. Tapi aku melihat lebih dari itu.  Aku merasakan kehadiran sesuatu yang gelap, sesuatu yang mengikuti Risa, membayangi setiap langkahnya.

Sore itu, saat aku membawakannya makanan, dia lenyap.  Sekejap saja, saat aku berbalik, dia sudah tidak ada.  Aku memanggilnya, panik, tapi hanya kesunyian yang menjawab. Perawat mengatakan mereka tidak melihatnya.  Mereka bahkan meragukan keberadaan Risa di kamar itu.

Aku mencari ke seluruh ruangan, tetapi sia-sia.  Ketakutan menghimpitku.  Aku berlari ke lorong, lorong panjang dan gelap yang terasa tak berujung.  Bau anyir dan aroma obat-obatan usang memenuhi udara.  Dinding-dinding tua dan lembab dihiasi coretan-coretan aneh, seperti simbol-simbol kuno.

Di tengah lorong, sebuah cermin tua tergantung di dinding.  Bayangan Risa muncul di cermin, pucat dan matanya kosong.  Dia menunjuk ke ujung lorong, lalu menghilang.  Aku mengikutinya, jantung berdebar kencang.

Lorong semakin gelap dan sunyi.  Langkah kakiku bergema, seolah memanggil sesuatu yang mengerikan.  Aku melihat bayangan bergerak di kejauhan, semakin dekat dan membesar.  Bayangan itu menyerupai Risa, namun lebih mengerikan.  Matanya menyala merah, dan senyumnya... mengerikan.

"Cari aku..." bisikannya terdengar samar, "Cari aku di lorong... selamanya..."

Aku tersadar.  Aku berada di kamar Risa, tempat tidur kosong.  Pagi telah tiba.  Aku lega, namun ketakutan masih membayangi.  Aku tahu, ini belum berakhir.  Risa masih di sini, di suatu tempat di lorong rumah sakit tua ini, menungguku.  Dan aku takut, jika aku menemukannya, aku mungkin tidak akan pernah kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline