Lihat ke Halaman Asli

Zakiyah Karimalai

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Antariksa 2024 Workshop Unite For Safety "Menumbuhkan Kepedulian Masyarakat dalam Keselamatan Berkendara"

Diperbarui: 25 Juli 2024   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ANTARIKSA 2024 (Ajang Kreativitas Mahasiswa Ilmu Komunikasi) yang diadakan pada hari Sabtu, 20 Juli 2024 di Hall Barororh Baried Kampus Terpadu Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan tema “WORKSHOP UNITE FOR SAFETY” (Menumbuhkan Kepedulian Masyarakat Dalam Keselamatan Berkendara) dan mengundang tiga narasumber yaitu dari Ditlantas Polda DIY (Ibu Widya), Casual Riding Influencer (Mas Rang), Astar Motor Yogyakarta (M. Ali Iqbal).

ANTARIKSA 2024 ini di adakan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan tema “WORKSHOP UNITE FOR SAFETY” karena Unisa Yogyakarta memiliki keresahan akan terjadinya kecelakaan para pengendara motor yang banyak memakan korban jiwa. Bukan hanya warga sekitar yang menjadi korban kecelakaan, tapi mahasiswa dari Unisa Yogyakarta yang juga menjadi korban kecelakaan karena lokasi Unisa yang bertepatan di jalur cepat RingRoad Barat.

Di jalur cepat RingRoad Barat bukan hanya terjadi kecelakaan motor karena sang pengendara yang lalai dalam membawa kendaraannya, tetapi juga sering terjadi pembegalan. Contohnya salah satu mahasiswa Keperawatan Anastesiologi Unisa Yogyakarta  yang meninggal karena para pembegal.

Keselamatan berkendara mencakup berbagai aspek, mulai dari penggunaan helm bagi pengendara motor dan sabuk pengaman bagi pengendara mobil, mematuhi rambu lalu lintas, hingga menghindari penggunaan ponsel saat berkendara. Namun, esensi dari keselamatan berkendara adalah perilaku pengendara itu sendiri. Dalam teori-teori Psikologi Komunikasi, Teori Persepsi Risiko sangat relevan dan penting dalam konteks keselamatan berkendara karena cara seseorang menilai dan merespons risiko secara langsung mempengaruhi perilaku mereka di jalan. 

Persepsi risiko mempengaruhi pengambilan keputusan pengemudi, di mana pengemudi yang memiliki persepsi risiko tinggi cenderung lebih berhati-hati dan mematuhi aturan lalu lintas. Pemahaman tentang persepsi risiko dapat digunakan untuk merancang program pendidikan dan kampanye keselamatan yang lebih efektif, dengan menyampaikan informasi tentang statistik kecelakaan, contoh kasus nyata, dan potensi bahaya. 

Persepsi risiko melibatkan aspek psikologis dan emosional, di mana pengemudi yang merasa takut atau khawatir terhadap kemungkinan kecelakaan cenderung lebih defensif dan berhati-hati. Pengalaman pribadi dan pengaruh lingkungan sosial juga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi risiko. 

Dengan mengaplikasikan teori Persepsi Risiko dalam program keselamatan berkendara melalui kampanye keselamatan, edukasi berbasis information, pengalaman interaktif, serta testimoni dan cerita pribadi, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pengemudi tentang bahaya yang ada dan mendorong mereka untuk mengadopsi perilaku yang lebih aman di jalan. 

Kampanye ANTARIKSA Mahasiswa Ilmu Komunikasi ini bukan hanya diadakan di kampus saja tetapi juga disebarkan di media sosial, poster dll. Tujuannya untuk memberitahukan kepada masyarakat di sekitar kampus Unisa dan seluruh warga Yogyakarta untuk tetap berhati-hati dalam berkendara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline