Lihat ke Halaman Asli

Urbanisasi Menyebabkan Indonesia Kehilangan Banyak Petani

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata bertahan di level 6% dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi sektor pertanian di dalam nengeri. Jumlah petani di Indonesia dapat terus berkurang setiap tahunnya. Itu semua disebabkan pertumbuhan ekonomi yang memperkuat arus urbanisasi dan berdampak pada kemerosotan jumlah tenaga kerja lokal di desa-desa.

Sejauh ini, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terhitung cepat menyebabkan lebih banyak pengusaha membuka lowongan pekerjaan di luar sektor pertanian. Tak hanya itu, para pengusaha juga memperkecil selisih pendapatan antara pekerja di Indonesia dan negara tetangga.

Sebanyak 505 daerah di Ibukota telah menaikkan gaji buruh sebesar 11% tahun lalu. Kondisi tersebut membuat para pekerja merasa nyaman berprofesi di luar sekotr agrikultur.

Hingga saat ini, sektor pertanian berkonstribusi sekitar 15% dari total produk domestik bruto Indonesia. Sementara 35% dari total seluruh penduduk Indonesia bahkan menggantungkan dirinya pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utamanya.

Para analis dari MGI juga memprediksi jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di kota-kota besar dapat meningkat hingga 71% pada 2030 seiring dengan tingginya minat masyarakat untuk mencari peluang kerja lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi. Saat ini, jumlah penduduk desa yang memilih hijrah ke kota besar tercatat sebanyak 53% dari total populasi di Tanah Air.

Rendahnya tenaga kerja yang berminat menjadi petani juga dapat menyebabkan gangguan di sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline