Lihat ke Halaman Asli

lembaran N a s i b

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

..kal, mungkin di mata kau aku ni macam orang gila yang tak bisa menerima kenyataan yang hanya bisa bermimpi yang hanya bisa ketawa.

ayahku sering cerita kal, bermimpilah maka tuhan akan menjemput mimpi-mimpi itu. hingga akhirnya  ia meninggalkan aku sendiri..."

(arai, dalam film sang pemimpi)

Pertama kali aku menamatkan "sang pemimpi" lewat layar laptop mungilku. Sebelumnya aku memang pernah menontonnya lewat gedung bioskop di dekat rumah, dan kini, energi positif itu ingin ku ulang untuk kedua kalinya. Aku ingin kembali menggelorakan ruh itu. ruh sang pemimpi.

***

" Ah, ayahmu ikal, diundang pelantikan bupati-pun baju safarinya tak beliau keluarkan. Hanya untukmu Ikal, Yang terbaik dari beliau selalu hanya untukmu..."

hemm...dari sini aku belajar bahwa rasa cinta seorang ayah bisa diungkapkan lewat banyak hal yang --kadang-- tidak kita sadari. Bahkan  datang dengan kemeja 4 saku dan mengayuh sepeda 40 km kemudian menepuk lambat pundak putranya dan hanya mengucap "assalamualaikum" adalah refleksi cinta yang teramat sangat dari seorang ayah.

Kawan, aku pernah merasa tidak adil dengan semua ini. Kadang, ada masanya aku merasa tidak seberuntung anak lain yang penuh mendapatkan curahan kasih sayang dari ayahnya. Aku merasa hampa. Interaksi hanya berbatas pada suruhan, basa-basi dan sekedar perintah. Namun aku sekarang yakin, sangat yakin.  sesungguhnya itulah bentuk cinta ayah padaku. Bukan dengan laku yang lembut, kata yang bijak atau dengan sapaan hangat. Ayah mendidikku dengan kata berapi-api, ketegasan dan keteguhan hati. Aku tahu bahwa kadang tak selamanya cinta dapat diungkap oeh sekedar kata dan laku dan kini aku paham bahwa ayah mencintaiku lebih dari itu, lebih dari batas kata dan laku.karena ia mencintaiku dengan cara yang teramat dalam.dengan cara hati dan berbait-bat doa yang selalu diucapkannya selepas sholat.hanya untukku.anak perempuan terakhirnya.

"Kini, aku telah menjadi pribadi yang pesimistis. malas belajar. Berangkat dan pulang sekolah lariku tak lagi deras. Hawa positif dalam tubuhku menguap dibawa hasutan-hasutan yang pragmatis"

menyaksikan adegan ini aku jadi takut. Takut ketika sedang dalam titik terbawah optimisme aku limbung.

Kawan, ada kalanya seorang manusia mulai mempertanyakan tentang hal yang dicita-citakannya. Ada kalanya kita mulai memperdebatkan pilihan-pilihan hidup. Berfikir bahwa di titik ini kita bukanlah siapa-siapa dan hanya mampu menjadi seseorang yang bukan apa-apa. Pesimisme adalah hantu yang setiap saat dapat menggerayangi siapapun. tak terkecuali kau dan aku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline