Lihat ke Halaman Asli

Zakiya Ar_Rahma

Pembelajar sepanjang hayat. This too shall pass.

Self Love: Kesalahpahaman dan Makna Sebetulnya

Diperbarui: 9 Juli 2023   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Self love menjadi istilah yang banyak digunakan dan diperbincangkan. Di instagram, hashtag #selflove mencapai 95,6 juta postingan. Kata-kata seperti dear aku, dear me, terimakasih diriku, menjadi kalimat yang sering ditulis sebagai caption pada story WatssApp dan media sosial lainnya. Lalu, apa makna self love sebetulnya? benarkah self love mendorong seseorang berbuat selfish? Secara bahasa self love berarti mencintai diri sendiri. Diri sendiri dijadikan sebagai subjek (pelaku) sekaligus objek (sasaran) dalam 'aktivitas' mencintai. Diri sendiri berperan sebagai pemberi cinta dan penerima cinta dalam satu waktu.

Self love sangat berbeda dengan selfish dan narsisisme. Selfish adalah sifat egois yang tidak perduli dengan orang lain atau lingkungan sekitar. Misalnya tidak perduli dengan ibu hamil di kendaraan umum yang tidak mendapatkan tempat duduk, atau mendengarkan musik dengan volume tinggi tanpa memperhatikan kenyamanan orang sekitar. Pada buku berjudul Kajian Narsisisme Freud yang ditulis Ratih Dwi Astuti, ciri orang egois adalah menutup diri dari kritikan orang lain, tidak mengakui keterbatas diri dan keterbatasan orang lain, selalu memaksakan kehendak dan akan marah dan emosinya bergemuruh ketika keputusannya ditolak.

Self love juga sering disalahpahami sebagai narsisisme. Padahal narsisisme adalah bentuk penyimpangan dari cinta diri. Narsisisme merupakan kecenderungan terlalu memuja diri sendiri dan memandang diri sangat spesial. Bahkan, dalam kasus homoseksualitas, tubuh sendiri dijadikan sebagai pilihan objek narsisistic atau terpikat pada alat kelamin sendiri. Ciri-ciri narsisisme adalah lapar terhadap pujian, tidak dapat menerima kritik, malu terhadap kegagalan, merasa lebih baik dari orang lain dan membutuhkan dukungan secara terus menerus. Narsisisme juga mempunyai beberapa jenis, mulai yang ringan dan tersebar luas, yang lazim dan umum, sampai yang ekstrem atau parah. Contoh narsisisme yang ringan adalah gemar selfie tanpa memperdulikan kondisi dan situasi sekitar. Sedangkan contoh narsisisme yang ekstrem adalah terjadi penarikan diri dari dunia luar.

Memahami Makna Self Love dan Cara Mengoptimalkannya

Memahami makna self love dapat dilakukan dengan mengutip pendapat beberapa ahli. Menurut Monica Sulistiawati, M. Psi, Psikolog dari Personal Growth, self love adalah usaha berbuat baik kepada diri sendiri sebagaimana berbuat baik kepada orang lain atau orang yang disayangi. Menurut Samantha, M. Psi, self love adalah bentuk penghargaan pada diri sendiri untuk menunjukkan kepedulian terhadap kondisi fisik, psikis dan spiritual. Sedangkan menurut Fahruddin Faiz, pengampu kajian filsafat Masjid Jenderal Sudirman Yogyakarta, self love adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menerima diri sendiri, termasuk merasa bangga dan puas terhadap hal yang ada pada dirinya. Sehingga, tujuan self love adalah terbentuknya rasa puas, bangga dan perduli terhadap diri sendiri dengan cara menghargai diri sendiri. Ada 3 hal pokok yang harus dilakukan untuk memaksimalkan rasa cinta pada diri sendiri.

1. Mengenal diri sendiri (self awareness)
Konsep tentang diri sendiri telah banyak dirumuskan oleh para filosof dan para sufi. Bagi umat Islam tentu tidak asing dengan sebuah adagium yang cukup terkenal yaitu Man 'Arafa Nafsahu Faqad 'Arafa Rabbahu, artinya orang yang mengenal dirinya niscaya mengenal Tuhannya. Adagium ini menunjukkan bahwa orang yang mampu mengenal dirinya, akan mampu mengetahui keistimewaan dirinya dan  dapat lebih meyakini keberadaan Tuhan. Orang yang mengenal diri sendiri juga dapat meraih kebahagiaan hakiki karena mampu memahami apa yang diinginkan, apa yang dibenci, apa core values (nilai inti) yang dimiliki, dapat mengakui berbagai bentuk perasaan yang dialami, serta memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Berdialog dengan diri sendiri merupakan salah satu cara mengenal diri sendiri. Yakni  melakukan pengamatan dan analisis terhadap hal-hal yang telah dilakukan atau telah  dialami. Contohnya sebagai berikut: 'Apa ya kira-kira sifat baik saya?', "Oh, ternyata saya orangnya tidak mudah putus asa. Saat gagal mengikuti tes kerja, saya kecewa sewajarnya lalu segera mencari informasi kerja yang lain". 'Apa ya kekurangan saya?'. "Ternyata saya masih suka egois dan mudah tersinggung. Ketika rapat organisasi dan pendapat saya tidak diterima, saya sedikit kesal dalam hati".

2. Menerima diri sendiri
Terdapat beberapa kasus tentang penerimaan diri sendiri oleh perempuan, yakni tentang keindahan fisik dan kecantikan wajah. Apakah perempuan yang diet untuk mendapatkan tubuh langsing, menggunakan krim pemutih kulit, merubah ukuran payudara, melakukan operasi hidung atau sejenisnya, termasuk perempuan yang tidak menerima diri sendiri? Poin utama dalam menerima diri sendiri adalah merasa puas dan bangga terhadap bentuk fisik yang dimiliki. Artinya, seseorang yang melakukan operasi kecantikan/ketampanan adalah seseorang yang tidak puas dengan dirinya sendiri. Rasa tidak puas muncul karena membandingkan bentuk fisik dengan orang lain, memandang rendah bentuk fisik diri sendiri, menjadi korban iklan media massa, cenderung mengikuti standar kecantikan/ketampanan masyarakat dan sebagai korban bullying.    

Menurut Aquarini Priyatna Prabasmoro, penulis buku Kajian Budaya Feminis, wacana kecantikan dan femininitas perempuan tidak dapat dipisahkan dari konstruksi budaya patriarki. Dalam budaya patriarki, laki-laki mendapatkan kuasa untuk memberikan pengakuan dan menentukan femininitas perempuan sesuai standar yang di inginkan. Misalnya, cantik itu harus berkulit putih, langsing, berambut lurus, bertubuh tinggi dan berpayudara besar. Perempuan juga dikonstruksi untuk membangun rasa percaya dirinya untuk diterima dan diakui oleh laki-laki. Sehingga, perempuan selalu berusaha memenuhi standar kecantikan laki-laki supaya mendapatkan pengakuan dan rasa percaya diri. Pada akhirnya, perempuan dapat kehilangan diri sendiri, kehilangan jati diri, dan selalu bergantung kepada penilaian laki-laki. Untuk itu, kaum perempuan seharusnya dapat melawan konstruksi budaya patriarki yang menentukan standar keindahan dan kecantikan diri perempuan. Kaum perempuan seharunya mempunyai standar kecantikan diri sendiri, versi terbaik diri masing-masing.

3. Perduli terhadap diri sendiri (self-care)
Self care merupakan sebuah upaya atau tindakan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Self Care sangat dibutuhkan karena menjaga diri sendiri tidak dapat bergantung kepada orang lain. Perduli terhadap diri sendiri juga sebagai wujud syukur atas kehidupan yang diterima, atas pemberian bentuk tubuh yang indah,  dan juga sebagai bentuk mempertahankan kehidupan. Self care dapat dilakukan dengan berolahraga secara teratur, memilih makanan yang sehat untuk tubuh, tidak memaksakan keinginan, berbelanja sesuai kebutuhan, membaca buku yang digemari, menghabiskan waktu dengan orang terkasih, mendengarkan musik, atau cukup menikmati pagi hari dengan secangkir teh/kopi.  Self love juga harus disertai dengan proses evaluasi diri dan memperbaiki diri. Tanpa adanya evaluasi dan perbaikan diri, maka seseorang belum menjalankan manifestasi self love secara utuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline