Kabupaten Lamongan dalam riwayatnya merupakan kabupaten yang melahirkan pelaku-pelaku teror di Indonesia. Banyak peristiwa pengeboman pada rentang tahun 2000-2009 dimotori oleh jaringan ISIS Lamongan. Tentu kita sangat familiar dengan peristiwa Bom Bali pada tahun 2002 yang dimotori oleh Amrozi CS. Amrozi sendiri merupakan warga desa Tenggulun, kabupaten Lamongan. Desa Tenggulun pernah menjadi tempat penyimpanan bahan peledak seberat 13 ton. Selain Bom Bali, peristiwa lainnya adalah Pengeboman hotel JW Marriott Jakarta tahun 2003 dan serangan Kedubes Australia (bom kuningan) tahun 2004.
Serangkaian aksi teror jaringan ISIS Lamongan menjadi catatan merah bagi kabupaten Lamongan untuk lebih memperkuat gerakan anti terorisme. Salah satunya dengan lebih menanamkan toleransi dan menghargai keberagaman melalui jaringan organisasi. Misalnya dengan membangun kerja sama antara pemerintah Lamongan atau kemenag Lamongan dengan organisasi pelajar baik di tingkat OSIS, organisasi keagamaan di sekolah seperti Rohis, organisasi pelajar NU (IPNU-IPPNU), pelajar Muhammadiyah dan lembaga pendidikan pesantren. Karena kejahatan yang terorganisir hanya dapat dilawan dengan kebaikan yang terorganisir pula. Sehingga sangat penting untuk mengorganisir kerukunan, toleransi dan cinta keberagaman. Misalnya dengan dibentuknya YLP (Yayasan Lingkar Perdamaian) oleh mantan kombatan sekaligus adik kandung Amrozi, Ali Fauzi. Yayasan ini didirikan dengan tujuan merangkul para mantan teroris atau napiter (narapidana terorisme) untuk kembali ke jalan yang benar. Yakni jalan untuk mencintai kedamaian dan menebar kasih sayang pada semua umat manusia. Ali Fauzi menggunakan pengalaman pribadinya meninggalkan kekerasan untuk menstimulus kesadaran para napiter supaya bertaubat. Ali Fauzi juga menggelar kegiatan pengajian yang diberi nama Pengajian Jalan Terang. Dalam pengajian tersebut Ali Fauzi berusaha mempertemukan para napiter dengan korban terorisme untuk meruntuhkan ego dan membuka hati para napiter ketika mereka mengetahui dengan sendirinya bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh aksi-aksi bom bunuh diri atau aksi teror lainnya. Ali fauzi sendiri menempuh perjalanan yang panjang untuk sampai di titik sekarang, yakni berubah dari duta perang menjadi duta perdaiaman.
Meskipun Kabupaten Lamongan pernah dikenal sebagai kabupaten sarangnya para teroris, namun kabupaten Lamongan mempunyai sebuah desa dengan tingkat toleransi yang sangat tinggi. Desa tersebut bernama desa Balun atau desa pancasila. Desa ini menjadi unik karena lokasi tempat ibadah ketiga umat beragama sangat lah berdekatan. Bangunan masjid berseberangan dengan bangunan Gereja dan berdekatan pula dengan bangunan Pura. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam, Gereja sebagai tempat ibadah umat Kristen dan Pura sebagai tempat ibadah umat Hindu. Lokasi tempat ibadah yang berdekatan ini, seolah ingin menunjukkan bahwa keberagaman bukan sesuatu yng harus ditakuti bahkan dijauhi. Islam sendiri telah mempertegas dalam Al-Quran (Q.S. Al-Hujurat; 13) bahwa Tujuan Allah SWT menciptakan keberagaman adalah untuk saling mengenal. Saling mengenal berarti saling menyayangi satu sama lain, bukan sebaliknya saling memusuhi. Saya pun sangat kagum dengan toleransi di desa Balun. Ketika saya berkunjung ke Pura untuk sekedar melihat bentuk bangunan nya dan mengabadikan moment (berfoto) bersama kawan-kawan, bapak penjaga Pura sangat ramah menyambut kedatangan kami. Tidak sedikitpun ada rasa curiga atau benci dari sorot matanya ketika kami datang ke Pura. Saya pun menjaga etika dengan tidak melanggar aturan atau batasan-batasan yang telah ditetapkan saat berkunjung pada tempat ibadah umat lain. Desa ini juga mempunyai budaya gotong royong yang kuat. Tidak hanya saat kerja bakti (bersih-bersih lingkungan desa), namun juga saat ada hajatan seperti acara pernikahan, kematian atau saat tetangga sedang sakit dan terkena musibah maka antar warga desa Balun akan saling membantu meskipun berbeda agama.
Azan pun masih berkumandang dengan lantang di desa Balun. Seolah-olah tidak ada yang merasa terusik dengan keberagaman di desa itu. Anak-anak bermain sepeda dan layang-layang dengan riang di lapangan yang berdekatan dengan Masjid dan Gereja. Seolah mereka memahami bahwa dengan menjaga toleransi maka kedamaian dan kebahagiaan akan tercipta. Bangunan Masjid yang megah dengan menara yang menjulang tinggi juga sering dijadikan sebagai destinasi wisata religi bagi para pengunjung yang ingin melihat secara langsung bentuk keberagaman dan toleransi di desa Balun. Di desa Balun ini lah bentuk cerminana kerukunan di Lamongan tercipta. Ketika prasangka mulai luntur dan yang tersisa hanya rasa cinta dan saling menghargai cara ibadah masing-masing. Hidup rukun, saling menjaga, saling menolong, dan saling percaya antar warga desa menjadi kunci kuatnya persatuan dan kerukunan bangsa Indonesia.
Ini cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi dan keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT kebersamaan, toleransi dan keberagaman kamu dengan mengikuti lomba "Indonesia Baik" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio). Syaratnya bisa anda lihat di sini. https://m.kbr.id/nusantara/01-2021/yuk__ikut_lomba_konten_baik_tentang_keberagaman/104607.html
#IndonesiaBaik #Toleransi #IndahnyaKeberagaman #PenebarKebaikan #LombaIndonesiBaikKBR
Oleh: Zakiya Fatihatur Rohma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H