Lihat ke Halaman Asli

Revolusi Mental Dasar Nawacita

Diperbarui: 10 November 2016   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Revolusi mental? apa itu revolusi mental? revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat (Wikipedia bahasa indonesia), dan mental secara etimologi berasal dari bahasa yunani yang mempunyai pengertian psikis atau jiwa. Sehingga revolusi mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik, yang harus menjadi fokus perubahan tersebut adalah kesadaran tentang jiwa dan tujuan hidup rakyat dan pemerintah dalam setiap ruang lingkup kehidupan.

Menyambut hari pahlawan mari sama-sama kita renungkan apa yang sudah kita perbuat untuk bangsa ini, kita bandingkan dengan perjuangan orang tua, kakek nenek, dan para pendahulu kita yang hari-hari dalam hidupnya begitu mencekam, terancam, dan dihantui rasa takut, namun mereka sadar dan tidak ingin selamanya hidup dalam kondisi demikian, kesadaran mereka awalnya pasti dari segelintir orang yang berusaha memengaruhi atau menyadarkan orang lain tentang kondisi mereka, dan itu bukanlah hal yang mudah, karena kita tau bila mereka ingin keluar dari penderitaan tersebut mereka harus berani angkat sejata, melawan, dan mengorbankan jiwa raga, harta, dan keluarga, demi memperbutkan kemerdekaan bangsa. 

Segelintir orang tersebut mampu memengaruhi yang lain tanpa pandang etnis dan mewujudkan kemerdakaan bangsa dalam bentuk negara ini. Kini situasi demikian kembali terulang, merosotnya kebudayaan bangsa ini, gotong royong, tenggang rasa, musyawarah, dan budaya baik lainnya yang sudah dibentuk leluhur kita selama puluhan tahun lalu secara sadar dan tidak sadar kebudayaan tersebut hilang tergantikan oleh ego dan nafsu untuk menang atau berkuasa atas sesuatu demi kepentingan pribadi atau golongan. Para leluhur perintis kemerdekaan pasti menangis kecewa bila perjuangan jiwa raga mereka untuk bangsa ini - akhirnya hanya dinikmati (dicuri) oleh beberapa golongan tertentu. Berikut beberapa ungkapan presiden pertama kita Bapak Ir. Soekarno,

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

"Bangunlah suatu dunia dimana semuanya bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan."

"Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!

"Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!"

Kini mari kita bekerja sebagai segelintir orang yang sadar akan kondisi bangsa kita saat ini, memang bukan hal mudah, namun bila dibandingkan dengan apa yang leluhur kita lakukan, tindakan kita ini tidak lah berat, tidak perlu mempertaruhkan jiwa raga, harta, apalagi keluarga, oleh karena itu jangan ditunda-tunda lagi gerakan revolusi mental ini, kita sama2 sudah melihat kinerja pemerintah dalam 2 tahun terakhir melakukan revolusi pembangunan fisik, sistem birokrasi, dan beberapa hal ke arah pembangunan mental. Walau tidak banyak dipublikasikan media, kita bisa tau dari internet betapa nyata kinerja pemerintah dalam merevolusi hal-hal tersebut, terutama pembangunan fisik dan sistem birokrasi dimulai dari hal yang paling mendasar, namun hal tersebut baru mencapai 7 dari 9 cita yang telah Presiden canangkan. 

Cita ke 8 dan 9 yang secara prinsip mengarah pada revolusi karakter bangsa berskala nasional belum terlaksana dengan maksimal. Mengingat karakter bangsa ini sangat berpotensi memengaruhi hasil dari cita-cita pemerintah, maka gerakan ini harus berjalan beriringan dengan pembangunan fisik yang sudah berjalan sangat baik guna memaksimalkan hasil dan manfaat dari pembangunan fisik tersebut, juga agar bonus demografi yang diprediksi 15 - 25 tahun mendatang dapat mewujudkan pertumbuhan nasional yang maksimal. 

Pembangunan karakter tersebut harus dimulai dari mental, jiwa, atau spiritualitas perorangan dan golongan sebelum akhirnya menjadi nasional. Jangan biarkan negara yang sedang berusaha bangkit ini melambat kebangkitannya karena tidak didukung oleh golongan yang sibuk memperkaya diri, sibuk mengusik golongan lain, sibuk mengusik etnis lain, sibuk menyalahkan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline