Lihat ke Halaman Asli

Jokowi ke Tasikmalaya, antara Bahagia dan Gelisah

Diperbarui: 9 Juni 2017   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribunnews.com

Besok adalah hari istimewa untuk Tasikmalaya. Bagaimana tidak, orang nomor satu di republik ini akan hadir di tengah masyarakat Priangan Timur. Dalam konteks manapun, Tasikmalaya tidak memiliki kehebatan, baik itu politik nasional, maupun sosial ekonomi. Ini berbeda dengan gebyar politik DKI Jakarta satu bulan silam. Saya tidak tahu arti yang sesungguhnya kehadiran beliau ke kota kecil ini, apakah ada tujuan besar mengiringinya, atau hanya bersafari Ramadan seperti judul besar yang digembor-gemborkan. Saya sebagai warga yang baik, merasa bahagia namun sedikit merasa gelisah.

Tulisan ini adalah sambutan hangat bagi presiden saya, Anda dan Kita semua. Dengan menggunakan subjektifitas yang sangat tinggi, tulisan ini akan mencoba menerawang orang Tasikmalaya atas kedatangan Jokowi ke daerahnya. Bisa jadi mereka bahagia, bisa juga mereka harus kritis terhadap kinerja Tim presiden atas kehidupan kita bernegara. Saya berprasangka, kebanyakan orang Tasik sangat berbahagia atas kedatangan sang Presiden. Hanya sebagian kecil saja mereka yang tidak bahagia atas kedatangannya, terutama mereka para pemikir, akademisi, agamawan, dan paling penting adalah mereka yang tidak suka Jokowi sejak awal sebelum jadi presiden.

Agar tulisan ini sedikit berdaya dengan data, maka saya perlu menyampaikan kegiatan safari Ramadan presiden kita. Pagi hari Jum’at jam sembilan ke sebuah sekolah untuk membagikan Kartu Indonesia Pintar untuk 1500 siswa. Kemudian, beliau akan membagikan sertifikat di balekota Tasikmalaya, dan dilanjutkan sholat Jum’at di mesjid Agung kebanggaan kota Tasik. Saat isya tiba, 2000 santri Ponpes Cipasung akan meyambut presiden untuk bersama shalat tawarih. Besok pagi dilanjutkan kunjungan ke Pesantren Manon Jaya dan Pesantren Darussalam Ciamis. Itulah sekelumit acara Jokowi dua hari di Priangan Timur.

Saya bagi dua tulisan ini sebagai pembelah perasaan orang Tasik atas kedatangan orang paling penting di negeri ini. Pertama mereka yang bahagia. Ada beberapa alasan orang Tasik berbahagia atas datangnya Jokowi. (1) Jokowi sempat-sempatnya datang ke Priangan Timur. Sejak dahulu daerah ini tidak lah istimewa, seistimewa DKI, DIY, Aceh atau Papua. Tidak ada yang bisa diharapkan dari daerah ini ditinjau dari semua sisi apalagi Jawa Barat lumbungnya suara Prabowo pada saat Pilpres 2014.

Bila kita kaji, kemungkinan besar, safari Ramadan ini terhubung dengan kasus Proyek Bendungan Leuwi Keris. Projek ini di demo besar-besaran oleh orang Ancol Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya yang dalam prosesnya sudah sampai kepada Polda Jabar. Mereka merasa dibohongi oleh pemerintah atas harga tanah yang tidak sesuai dengan kehendak. Tempat bendungan ini berdekatan dengan Pesantren Miftahul Huda Manon Jaya, dimana pimpinannya KH. Asep Maosul telah dua periode menajadi anggota DPR RI. Disamping itu, Uu sang Bupati pun tinggal di sana. Jadi, akan ada dampak yang signifikan dalam lawatan presiden ke Manonjaya.

Untuk urusan bertarawih di Pesantren Cipasung dan kunjungan ke pesantren Darussalam, saya mengira ini adalah simbol terima kasih beliau terhadap warga NU. Walaupun Darussalam tidak terlalu vulgar berafiliasi ke ormas NU seperti yang ditunjukan oleh Cipasung selama ini, namun secara historis-kultural keduanya adalah pesantren simpul di Priangan Timur yang bisa menyebarkan kode ke NU-annya. Dengan berkunjung ke kedua pesantren ini, seperti pada waktu menyalonkan presiden, Jokowi akan mengirim sinyal kepada masyarakat bahwa beliau adalah orang yang sangat dekat dengan NU.

(2) Orang Tasik akan dikenal atas pentingnya daerah ini atas daerah lain yang sangat luas di Indonesia. Terlepas dari kepentingan politis atau mengirim sinyal-sinyal lainnya yang berdampak kepada kuatnya cengkraman Jokowi di Priangan Timur, orang Tasikmalaya akan sangat bahagia bahwa presiden Jokowi yang memiliki kekuatan magis di Indonesia sangat perhatian kepada orang Tasik. Mereka akan mempersepsikan dirinya dan daerahnya sebagai salah satu daerah penting di Indonesia, kalah beberapa strip dari Jakarta.

(3) Orang Tasik bahagia bahwa Jokowi adalah muslim yang taat. Safari Ramadan ke Priangan Timur yang kental dengan dunia pesantren akan dimaknai sebagai kuatnya kemusliman Jokowi. Seperti banyak “fitnah” Jokowi atas kekomunisan, dukungan kepada penista agama, serta sarat dengan kebijakan yang tidak populis, Safari ramadan ini akan menetralisir fitnah itu menjadi lebih berkurang. Orang Tasik akan yakin seyakin-yakinnya bahwa beliau adalah orang muslim yang baik dan perhatian.

Kedua mereka yang gelisah. Warga Tasikmalaya yang gelisah memiliki alasan yang kuat atas kegelisahannya. (1) Kebijakan Jokowi yang neo-liberal. Neo liberal adalah salah satu kebijakan yang disandarkan kebijakan pasar. Harga bensin tergantung pada harga pasar. Harga tarif dasar listrik diserahkan kepada harga pasar. Harga-harga di pasaran pun diserahkan kepada kebijakan pasar. Lalu, dimana negara (yang dikelola pemerintah) hadir?.

Mereka tahu bahwa Jokowi adalah sosok pekerja tangguh dan hebat dalam berpolitik. Dengan fokus kepada insfra struktur di daerah tertinggal, Jokowi mampu membius negara lain untuk berinvestasi, walaupun dalam bentuk hutang. Jokowi, saat ini, tidak banyak memikirkan warga yang menjerit karena harga listrik yang naik berlipat ganda. Dia pun tidak memikirkan penyakit-penyakit sosial dan runtuhnya nilai agama, namun dia fokus kepada penuntasan projek-projek yang mangkrak di pemerintahan sebelumnya. Ia berpendapat, semakin insfra struktur maju, maka nilai barang akan ditekan semurah-murahnya karena biaya distribusi rendah. Itu bagus dan sangat rasional.

(2) Jokowi yang dekat dengan ummat Islam yang golongan satu tapi berjauhan dengan golongan lainnya. Kita tahu, seandainya Jokowi tidak mendekati warga NU, kemungkinan besar lumbung suara NU tidak memihak kepada dirinya. Fakta bahwa pas awal kabinet dibentuk, tidak ada orang struktur ormas Muhammadiyah dan ormas agama lainnya yang diusung di kabinet, hampir warga NU yang dominan. Ketika ini disadari salah, maka kementerian Pendidikan diserahkan kembali kepada orang Muhammadiyah (Muhajir Effendi), seperti yang biasa dilakukan rejim sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline