Lihat ke Halaman Asli

Zakiah Umairoh Machfir

Seorang Mahasiswa Jurnalistik di UIN Jakarta.

Pentingnya Beretika dalam Bermain Sosial Media

Diperbarui: 26 Maret 2022   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Sosial Media. Sumber: Freepik.com

Pada 2020 lalu, Microsoft melakukan riset ‘Digital Civility Index” (DCI) untuk mengetahui tingkat kesopanan pengguna internet di beberapa negara. Setelah berhasil mengumpulkan sebesar 16.000 responden dari 32 negara, riset tersebut dapat melaporkannya pada publik. 

Dalam laporan tersebut, Indonesia berada di urutan ke-76 dan mengalami peningkatan delapan poin sejak 2019 lalu dengan urutan ke-67. Survei tersebut mengartikan bahwa semakin rendahnya angka yang didapatkan suatu negara, maka nilai kesopanannya tinggi, begitu pun sebaliknya.

Perkembangan teknologi saat ini membuat sebagian besar masyarakat kesulitan untuk membatasi diri pada segala sesuatu yang dilihatnya di internet. kebebasan itu membentuk sikap masyarakat menjadi tidak ada batasan, khususnya dalam perihal etika. 

Pengguna internet yang disebut sebagai netizen (gabungan dari dua kata, yaitu internet dan citizen) merupakan sekumpulan orang di internet dan aktif bermain media sosial, seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan lain sebagainya. Kemunculan istilah netizen menjadi sebuah penemuan baru dalam dunia digital dengan urgensi perannya yang semain berkembang, serta memunculkan dampak bagi orang-orang di sekitar.

Perbedaan yang dapat terlihat dari banyaknya netizen yang ada itu hanya satu, yaitu etika. Terdapat istilah lain yang juga muncul dalam perkembangan internet saat ini, yaitu netiket (gabungan dari kata network dan etiquette). Istilah ini menjadi sebuah panduan untuk terus mengingatkan dan mengawasi netizen dalam berperilaku baik di internet, khususnya media sosial. Pengguna media sosial yang semakin berkembang di berbagai kalangan, melahirkan kebebasan yang sulit untuk dikendalikan. Perilaku dari setiap individu dapat menjadi sebuah risiko yang besar bagi peran media sosial sebagai wadah publik.

Kebebasan tersebut juga dapat memengaruhi seseorang untuk bertindak kurang baik di internet, seperti menyebarkan suatu informasi SARA/pornografi/kekerasan, menggunakan komunikasi yang tidak beretika, menyebarkan berita hoaks di intenet juga menjadi salah satu perbuatan netizen yang tidak bertanggung jawab. 

Kurangnya apresiasi dalam menghargai karya orang lain dan memicu plagiarisme sebagai akibat dari sulitnya membedakan antara berita benar atau tidak. 

Perkembangan teknologi saat ini seharus bisa menjadi acuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan media sosial sebagai wadah untuk berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi, apabila etika dalam diri sendiri masih belum diterapkan, maka media sosial hanyalah menjadi sebuah wadah untuk mengujar kebencian antarindividu.

Tindakan buruk para netizen biasanya mengalami  dampak yang berbeda-beda bagi setiap orang. Dampak yang terjadi jarang terjadi secara nyata atau fisik karena seringkali dapat memengaruhi aspek psikologis seseorang, seperti stress, traumatik, kehilangan percaya diri, bahkan sampai bunuh diri. 

Perundungan berbasis digital memang sama kejamnya dibanding perundungan secara langsung. Hal itu disebabkan oleh kalimat atau kata-kata yang dapat terus dilihatnya dan ujaran yang tidak dapat dikonntrol dari jumlah netizen yang sangat banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline