Berbicara mengenai pendidikan berarti membahas perihal pondasi hidup, karena dalam perspektif Islam kita sejatinya sebagai insan di anugrahi akal yang senantiasa kita pakai untuk memperoleh pengetahuan agar mampu hidup sesuai dengan fitrahnya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan senantiasa mengabdikan diri semata mata kehadirat Allah swt.
Seperti yang dikatakan oleh syaikh al Zarnuji dalam kitab Ta'lim al Mutaalim bahwasanya tujuan pendidikan adalah mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan dunia dan di akhirat serta menghilangkan kebodohan baik dari dirinya sendiri ataupun dari orang lain.
Inilah yang patut kita sadari bahwa pendidikan akan menentukan arah kehidupan bagi setiap individu yang hidup di tengah masyarakatnya, maka kehidupan yang sesuai fitrahnyalah yang harus di pegang teguh bagi setiap individu.
Namun ternyata realitas inheren yang saya rasakan dan amati pada kaum terpelajar di Indonesia perihal pendidikan tidak sesuai dengan yang di atas, akademisi pada saat ini di indonesia umumnya selalu mengorientasikan pendidikan dengan materi.
Bahwasanya ketika sudah dinyatakan lulus di jenjang pendidikan, yang akan di jungjung bukan tanggung jawab dan peranannya terhadap masyarakat melainkan memperlihatkan perihal pekerjaan dan berapa honor perbulan dari pekerjaan yang di dapatkannya hasil jerih payah mengejar ijazah, sehingga para akademisi pada saat ini selalu berorientasi pada prospek pekerjaan.
Padahal tujuan pendidikan tidak demikian, dalam Konstitusipun tidak semacam itu seperti dalam UU No. 2 Tahun 1985 bahwasanya tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Maka inilah yang menjadi keresahan saya yang kemudian saya kapitalisasi, bahwa pendidikan itu bukan bertujuan memperoleh ijazah kemudian menjadikan budak kapitalis, tapi tujuan pendidikan itu mulia seperti yang dikemukakan di atas dalam perspektif Islam dan Konstitusi.
Paradigma semacam inilah yang terkungkung dalam perspektif akademisi saat ini sehingga menjadi indikator kebobrokan pendidikan di Indonesia. Karena bila kita pakai faham Idealisme untuk melihat persoalan ini bahwa pikiranlah yang mempengaruhi karakter manusia, maka tidak aneh ketika melihat akademisi saat ini sibuk bekerja setiap hari sampai tengah malam hanya untuk mencari hal hal yang sifatnya fana sehingga lupa bahkan tidak faham akan peranannya dalam masyarakat, pikiran yang semacam ini bila dibiarkan akan berdampak pada pembentukan karakter bagi kaum akademis bahayanya ketika terbentuk bobroklah pendidikan kita seperti sekarang yang habis dilahap oleh nafsu dunia semata.
Kemudian kesalahan yang terletak di sini ialah pada pendidik di Indonesia itu sendiri. Yang saya alami selama saya menjadi akademisi, pendidik di negara kita ternyata tidak mampu mengoptimalkan teori Taksonomi Bloom dari mulai ranah Kognitif C3, Afektif bahkan Psikomotor, sehingga seorang peserta didik tidak mampu mengimplementasikan teori serta konsep yang telah dia pelajari di dalam kelas ke dalam kehidupannya sehari hari, karena pendidik saat ini sulit beradaptasi dengan sains dan teknologi.
Dari rentetan permasalahan yang saya kemukakan di atas, adapun untuk solusinya pemerintah harus dapat menyeleksi calon pendidik semaksimal mungkin bila perlu beri sertifikat atau surat resmi untuk mengajar di sekolah/universitas, karena sebagaimana pun juga pendidik itu adalah pencetak generasi bangsa, bagaimana mungkin seorang peserta didik atau akademisi sadar akan tujuan dan peranannya kalau tidak di arahkan dengan optimal. Maka seorang pendidik harus mempunyai bekal pengetahuan berbagai hal tentang konsep pembaharuan dalam pendidikan.
Demikianlah solusi yang saya ajukan, sebagaimana pun juga tugas seorang pendidik itu bukan hanya mengajar seperti dalam istilah jawa guru itu digugu lan ditiru lebih dari itu yakni mendidik moral, etika dan karakter, seperti kutipan dari Martin Luther King yang sangat masyhur "Intelegence plus character, that is the true goal of education."