Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Kita Berbeda Pilihan?

Diperbarui: 14 Februari 2024   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Rabu, 14 Februari 2024, Tanggal bersejarah bagi warga negara Indonesia. Hari ketika warga negara memilih pemimpin. Walaupun ini bukan pemilu yang pertama di Indonesia tapi aura perbedaan pada pemilu tahun ini begitu terasa.Hal ini terlihat dari antusiasme seluruh warga negara yang mereka tampilkan di banyak platform media sosial. 

Sejak penghujung tahun 2023, antusiasme tersebut semakin panas. Hadirnya tiga pasangan kandidat presiden dan wakil presiden menjadi kejutan. Banyak hal tidak terduga muncul dengan cerita-cerita menarik. Jumlah penduduk Indonesia yang berstatus sebagai pemilih pada pemilu tahun ini sebesar 204,8 juta pemilih yang tersebar di 38 provinsi, dengan jumlah pemilih terbesar terdapat di provinsi Jawa Barat sebanyak 35,31 juta, dan paling sedikit di Papua Selatan sebanyak 367,269 ribu pemilih. Papua Selatan merupakan provinsi terbaru yang dimekarkan dari provinsi Papua pada tahun 2022.

Di antara sekian banyak pemilih, jika kita bertanya pada setiap orang tentang siapa pilihan mereka, apakah Pak Anies, Pak Prabowo atau Pak Ganjar?, maka kita akan mendapatkan jawaban yang berbeda. Bahkan mungkin akan kita temukan orang kembar identik sekalipun memiliki pilihan berbeda. Mengapa demikian? Berikut penjelasannya. 

1. Latar belakang dan pengalaman

Setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman hidup yang unik. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap sesuatu termasuk dalam memilih pemimpin. Misalnya seseorang yang memiliki pengalaman bekerja di industri tertentu mungkin lebih memperhatikan kebijakan yang berkaitan dengan industri tersebut. Begitupun dengan seseorang yang memiliki pengalaman kerja di bidang pendidikan tentu mereka akan fokus untuk memilih kebijakan yang berpihak pada perbaikan dan kemajuan di bidang pendidikan. Atau tentang pengalaman politik seseorang dalam partai politik tertentu, dapat mempengaruhi pandangan mereka tentang calon pemimpin dan partai politik mereka. Orang yang telah lama terlibat dalam politik mungkin memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang isu-isu politik dan kebijakan yang memengaruhi pilihan mereka.

2. Nilai-nilai dan keyakinan

Nilai-nilai dan keyakinan seseorang, yang sering kali dipengaruhi oleh latar belakang budaya, sosial, agama, dan keluarga, dapat memengaruhi prioritas mereka dalam memilih pemimpin. Misalnya, seseorang yang menganut agama tertentu akan lebih memperhatikan isu-isu tentang agama mereka, Nilai-nilai agama memainkan peran penting dalam mempengaruhi pilihan seseorang. Orang-orang sering memilih calon pemimpin yang mencerminkan atau mendukung keyakinan agama mereka, terutama dalam isu-isu seperti kebebasan beragama.

3.  Informasi yang berbeda

Orang-orang mungkin memiliki akses yang berbeda terhadap informasi atau interpretasi yang berbeda terhadap informasi yang sama. Saat ini platform sosial media merupakan sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh seseorang dalam memilih pemimpin, tetapi perlu di ingat bahwa media sosial juga dapat menjadi tempat tersebarnya berita palsu dan informasi yang tidak diverifikasi. 

Selain itu diskusi dengan orang lain misalnya dengan teman, keluarga, dan rekan kerja juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi pandangan seseorang tentang calon pemimpin, Interaksi sosial ini dapat memperluas perspektif seseorang atau memperkuat pandangan yang sudah ada.

4. Kondisi Sosial- Ekonomi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline