Lihat ke Halaman Asli

Zaki DifaTaqiyuddin

Taruna Utama Poltekip Angkatan 55, Hobi saya sepak bola

Warung Gaib

Diperbarui: 28 Agustus 2023   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Aku tinggal di "Kota Hujan" begitulah sebutan untuk kota kediamanku yaitu Kota Bogor. Hari ini hari selasa, Aku masuk sekolah seperti biasa, begitupun adikku. Aku Imam anak pertama dari dua bersaudara dan aku memiliki adik bernama Galih. Aku saat ini duduk di bangku kelas 2 SMP sedangkan adikku di kelas 5 SD. Hari ini berjalan seperti biasa, namun sebelum aku bersama adikku diantar ke sekolah oleh ayah kami, ayah berkata bahwa weekend ini kami akan berangkat ke Indramayu untuk menjenguk kakek yang sakit. 

Di malam hari, ayah dan ibu mengajak aku dan adikku untuk makan malam bersama. Pada saat makan malam itu ayah kembali menjelaskan bahwa kakek sedang mengalami sakit di kampung dan rencananya kami akan menjenguk kakek pada weekend minggu ini. Kebetulan ayah mendapatkan libur untuk hari sabtu dimana biasanya ayah masuk kerja pada hari sabtu. 

Tibalah di hari Jumat, dimana keesokan harinya kami sekeluarga akan berangkat menuju Indramayu. Aku bersama Galih mempersiapkan pakaian untuk berangkat dan untuk kami pakai selama kamin berada di Indramayu nanti. Begitupun ayah dan ibu sedang mengemasi pakaiannya. Namun ayah lupa untuk mengisi bensin mobil pada saat itu dan anehnya ibu juga tidak sadar bahwa ayah pada hari itu belum mengisi bensin.

Hari Sabtu, dimana kami akan berangkat menuju Indramayu. Kami berangkat pada pukul 17.00 WIB, dikarenakan ayah ingin berangkat sore. Perjalanan berjalan seperti biasa, kami saling bertukar cerita, mendengarkan musik, memakan makanan ringan sembari melihat pemandangan sekitar jalan. Sampailah pada pukul 21.00 mobil terasa seperti kehabisan bensin dan pada saat itu ayah baru sadar kalau bensin habis, kami panik karena disekitar jalan tidak ada pom bensin.

Akhirnya setelah hampir 20 menit kami mencari warung atau pom bensin disekitar jalan kami menemukan sebuah warung kecil yang ada botol bensin disana, ayah langsung menghampiri penjual warung disana, namun wajah penjual tersebut sangat pucat. Tanpa berpikir panjang ayah langsung membeli bensin karena posisi sudah malam dan dalam kondisi lelah karena perjalanan. Ayah membeli 3 botol bensin seharga 60 ribu rupiah, ayah memberikan uang 100 ribu rupiah dan dikembalikan 40 ribu rupiah. 

Sesampainya di rumah kakek, disana ada nenek yang sedang menunggu kedatangan kami. Setelah kami memasukkan pakaian dan barang barang kedalam, nenek bertanya mengapa kami lama untuk sampai, ayah langsung menjawab kendala yang ada dan menjelaskan kronologinya. Nenek merespon dengan terkejut dikarenakan di daerah tempat kami beli bensin tidak ada warung sama sekali. Lalu ayah panik dan mengecek spidometer bensin, pada saat dicek benar saja, mobil kami mogok dan tidak bisa untuk dinyalakan, serta uang kembali 40 ribu rupiah kembali dari penjual tadi menjadi daun kering yang ada di dompet ayah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline