Berbicara mengenai perjalanan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), tentunya tidak dapat dilepaskan dari kisah masa lalu yang kelam saat transportasi kereta api khususnya kereta antar kota sangat tidak teratur dan kumuh karena keberadaan pedagang, preman,pengemis, dan praktik calo baik di Stasiun dan bahkan di dalam kereta.
Akan tetapi hal itu mulai berubah drastis saat Ignasius Jonan mulai menjabat sebagai Direktur Utama PT KAI Pada tahun 2009. Beliau melarang keberadaan pedagang baik di dalam kereta dan di area stasiun demi meningkatkan pelayanan dan kenyamanan penumpang kereta.
Bersamaan dengan kebijakan yang disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa kebijakan lain yang dibuat beliau dimana kebijakan-kebijakan ini menandai titik balik PT KAI hingga berada di posisi saat ini.
Misalnya seperti pembatasan tiket 1 kursi 1 penumpang, larangan merokok di dalam kereta, dan sistem boarding pass untuk memberantas calo. Semua kebijakan ini perlahan menaikkan citra PT KAI khususnya sarana transportasi kereta api menjadi moda transportasi yang aman dan nyaman.
Reformasi PT KAI yang diinisiasi oleh Ignasius Jonan tetap berlanjut hingga saat ini, meskipun telah mengalami pergantian kepempimpinan sebanyak dua kali, yaitu Edi Sukmoro dan Didiek hartantyo x Kompasiana.
Artikel ini akan lebih berfokus pada reformasi maupun peningkatan layanan yang dilakukan pada masa bapak Mendidiek Jadi Lebih Baik.
==================================
Sebagai mahasiswa yang berkuliah di Kota Bandung, penulis selalu menggunakan layanan KA Argo Parahyangan relasi Gambir⇌ Bandung karena lebih nyaman dan aman dibandingkan moda transportasi lainnya. Selain itu, penulis juga sering melakukan perjalanan ke Yogyakarta menggunakan KA Lodaya dan KA Bogowonto.
Selama 2 tahun menjadi pengguna setia moda transportasi kereta api, penulis merasakan peningkatan layanan yang diberikan oleh PT KAI, baik di area Stasiun maupun di dalam kereta: