Lihat ke Halaman Asli

Zaki

Juozz

Indahnya Sang Surya Pasca Corona

Diperbarui: 28 Mei 2021   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Satu bulan penuh aku berperang dalam menahan jeritan perut yang mengkerut. Tiba saatnya aku menapaki jalan yang tidak kusut. Dalam balutan indahnya lebaran yang mulia. Yang membawa berkah bagi umat manusia. 

Dalam hati ku berkata : alangkah indahnya cakrawala. Yang terpampang jelas dihadapan mata. Dengan gembira berbondong bonding kerumah tetangga. 

Untuk meminta permohonan maaf akan semua dosa. Saat mentari terbang tegak diatas ubun ubun. Kumelihat anak kecil tiba tiba masuk kedalam rumahku. dengan mata yang terbungkus telapak tangan kaku. Yang meneteskan beribu ribu cairan beku. 

Aku bertanya kepada anak itu. "adik kenapa menangis?" tangisan yang semakin keras semakin membuatku bingung. "adek sudah jangan menangis, ini kakak kasih permen." Tak lama kemudian mengeringlah air mata anak itu. 

Dalam hati ku berkata lagi dimana orang tua anak ini. Kenapa mereka tega meninggalkannya. Apalagi sekarang bertepatan hari raya idul fitri. Lantas akupun pergi ke rumah tetangga untuk menanyakan identitas anak itu. Tetapi tetangga ku tidak ada yang tahu.

Suara adzan terdengar jelas di telinganku. Namun aku tak kunjung menemukan siapa identitas serta orang tua dari anak itu. Ku gendong anak itu yang tengah asik mengemut permennya. 

Untuk pergi mencari keberadaan orang tuanya. Namun tenagaku hanya terbuang sia sia. waktu terus berdetik. Matahari kian letih. Sama seperti jiwaku yang sudah letih. Demi mencari seseorang yang tak kunjung datang.

Cenia putih terhenti di  depan rumahku. ku keluar dengan wajah yang layu. Keluarlah Bayu dari cenia itu. Dan dia adalah sahabat sejatiku. Bayu hanya tersenyum melihatku. Sudah dua tahun aku tidak bertemu dengannya. Karena tahun kemarin masih terdampak wabah corona. Hingga tidak bisa bertemu seperti biasanya. 

" Yu bagaimana kabarnya sekarang?" "Alhamdulillah baik wan" 

" anakmu dimana? Terkhir kali aku melihatnya dia masih umur 2 tahun." 

Mendengan perkataanku bayu hanya tertawa. Kemudian diam dan menunjuk ke arah anak yang sedang mengemut permen dengan asiknya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline