Oleh : Husna Choiru Zaka Shodaqta
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
Ada seorang ulama mengatakan keindahan jiwamu disaat engkau tersenyum,akan tetapi keindahan akhlaqmu disaat bisa membuat orang lain tersenyum, dari faedah tersebut diartikan bahwa pentingnya menjaga hati orang lain atau membahagiakan orang lain. Membuat orang lain tersenyum itu menjadi suatu amalan yang paling indah diantara amalan -- amalan yang lain bahkan lebih utama dari ibadah-ibadah fardhu (wajib), Seperti yang dikatakan Nabi Muhammad
" إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ". Yang artinya, "sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain
Akhlaq yang baik diibaratkan seperti penyembuh luka dan lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang.
Dikutip dari buku Akhlak Islam karya Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, disebutkan bahwa akhlak adalah karakter, tabiat, marwah, dan agama. Sedangkan secara bahasa, akhlak berasal dari kata "Khuluq" yang artinya tingkah laku, tabiat, atau perangai.
Hakikatnya, khuluq atau akhlak sudah ada dan melekat pada citra batin manusia, yaitu jiwanya, sifat-sifatnya, dan berbagai atribut yang melekat padanya. Imam Al Ghazali juga menjelaskan bahwa akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam pada jiwa manusia dan dapat menghasilkan satu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa ada pertimbangan apapun.
Menjaga lisan adalah salah satu bagian dari akhlak yang sangat ditekankan dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 11:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)."
Dalam ayat ini, Allah melarang perbuatan mengolok-olok, menghina, atau merendahkan orang lain melalui perkataan. Keberadaan lisan yang tidak terjaga bisa menyebabkan perpecahan, kebencian, dan perasaan terluka pada orang lain. Kisah Sahabat tentang Menjaga Lisan mengajarkan kita betapa berbahayanya perkataan yang tidak terkontrol dan bagaimana para sahabat Nabi sangat berhati-hati dalam berbicara.