[caption id="attachment_128523" align="aligncenter" width="628" caption="Peta Mudik Jakarta - Garut"][/caption]
Jalanan lancar jaya ternyata, tidak sia-sia saya memantau arus mudik dari internet dan twitter untuk mengambil jalur pulang dari jakarta ke garut via puncak. Jalanan sangat lenggang, tapi sebelumnya senin pagi tadi saya berangkat ke kantor dulu. Demi profesionalitas dan karena masih dalam masa probition saya harus extra disiplin untuk masuk kantor, walau hari senin adalah hari yang tanggung tapi kantor tidak libur.
jakarta di senin hari ini sangat sejuk dan terheran-heran yang pada biasanya orang bilang "Hell Monday", berubah drastis menjadi "Heaven Monday" jakarta berubah seketika kala di tinggal mudik. Jalanan sangat lenggang waktu itu, lalu lalang mobil dan motor tidak padat. bagaimana tidak setiap hari senin, pada rutinitas biasanya jalanan di jakarta sangat di dominasi oleh kendaraan-kendaraan pribadi, dari mulai motor dan mobil pribadi saling berdesakan dan saling berangkat pagi-pagi agar tidak terjebak macet. Tapi nyatanya semua orang berpikiran sama, semakin pagi malah jakarta semakin padat pada jam-jam tertentu. dalam hitungan yang saya tulis di buku agenda saya, jarak yang seharusnya di hitung normal 68 km/ 1 jam. rata-rata harus di tempuh 140% lebih lama dari pada biasanya, 40% penambahan dari resiko seseorang apabila terjebak macet. jadi, sengatlah wajar jiga orang-orang yang belum mudik, atau pribumi orang jakarta sana sangat terlihat senang kala di tinggal mudik. saya langsung berpikir, mayoritas orang kota di jakarta, ternyata banyaknya pendatang seperti saya.... Cheers jakarta! beginilah kota jakarta pada lazimnya, saat berjejal dengan kepadatan lalu lintas kendaraan atau istilahnya "traffic busy". mayoritas penduduk di jakarta, baik itu pribumi atau pendatang menganggap wajar hal-hal seperti ini. dengan keadaan kota yang seperti ini tingkat stress di jakarta sangat tinggi. efektivitas orang untuk berkendaraan dari tempat yang satu ke tempat yang lain menjadi kendala tersendiri, pasalnya di setiap jalur jalan pasti akan terjadi macet. titik-titik rawan yang sangat padat misalnya ada di jalan arteri pondok indah, jalan ini menghubungkan jakarta selatan-dengan jakarta barat, tingkat kepadatan di jalur ini sangat padat, walau jalannya lebar, tapi terseparasi oleh separator jalan busway, bahkan walau sudah ada tanda rambu untuk tidak mengambil jalan busway, tapi tetap kepadatan arus kendaraan di jalan ini membuat pelanggaran lalu-lintas yang sangat lazim, bagaimana tidak setiap orang mengejar waktu untuk pergi ke kantor, ke sekolah atau move on ke suatu tempat, masing-masing dari mereka punya kebutuhan waktu yang terbatas, pada akhirnya jika jalanan di separasi sebelah kiri padat, biasanya pengendara kendaraan bermotor mencoba mengambil alih jalur busway, seperti pepatah "Tak ada rotan akar pun jadi" ... Cheers Jakarta!. perjalanan ke garut, di mulai pukul 16.45 tak ada persiapan apapun yang perlu di siapkan, hanya tas ransel yang isinya laptop dan gadget, tidak ada yang lain. setelah berpamitan dengan Ibu kost akhirnya perjalanan di mulai, seraya dalam hati baiklah kapanpun lebarannya yang penting hari ini pulang. tak perlu repot sebenarnya dengan 1 syawal itu jatuh pada hari apa, yang penting niat satu bulan kita masih terjaga. di dalam perjalanan banyak yang saya perhatikan, ada yang unik dan ada yang suka menggelitik telisik hati, banyak orang yang saya amati di jalan, sebagian orang tampak ada yang senang, kesusahan dan generalis, sepertinya tidak ada hal apa-apa yang akan terjadi, seetelahnya atau sebelumnya. justru yang ada di pikiran saya waktu itu adalah jalanan terlihat senggang, tidak ramai, walau sebelumnya saya suda mengira bahwa lebaran tahun ini akan berbeda-beda, ada yang melaksanakannya tanggal 30, ada pula yang 31 karena pas saya check informasi di twitter ternyata pemerintah mengeluarkan pernyataan dalam sidang ishbat nya bahwa 1 syawal jatuh pada tanggal 31 namun sebagian orang menurut keyakinannya melaksanakan idul fitri pada tanggal 30. Perbedaan, jika tidak dirasai oleh toleransi itu tidak indah. Makna dari semua kejadian ini adalah makna lain dari bentuk kebersamaan saling terbuka untuk "Open Minded" terhadap rasa perbedaan, Allah SWT sedang memberikan ilmu sebagai pelajaran bagi makhluknya. Sejenak saya singgah dulu di Bandung, untuk istirahat, menulis catatan dalam agenda saya dan menunggu kumandang takbir nanti malam, setelah itu baru pulang ke Garut, Kadungora. Bandung adalah Second home bagi saya, rumah kedua yang memberikan saya banyak motivasi dan gairah kreativitas. Akhir kata saya ucapkan "Minal 'Aidin wal-Faizin , mohon maaf lahir dan bathin bagi yang melaksanakan 1 Syawal hari ini". Selamat malam, pada 23:03 WIB Catatan Pulang Kampung : 29-08-2011, Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H