Lihat ke Halaman Asli

Media dan Lingkungan Online/Media and The Environment Online

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang merasakan cuaca aneh, tapi itu sangat jarang mendengar kalimat "pemanasan global" yang diucapkan oleh ahli meteorologi TV lokal Anda. Ini adalah kesempatan untuk mengajar orang tentang iklim, seperti yang kami lakukan dengan cuaca.

Dr. Heidi Cullen, Weather Channel climatologist

(quoted in Friedman, 2008, p, 136)

Sekarang ini persepsi dan sikap masyarakat terhadap alam dan masalah lingkungan yang dimediasi oleh sumber-populer budaya, berita, laporan ilmiah, film dan lain-lain. Informasi tentang lingkungan yang diberitakan dan direpresentasikan secara online. Tayangan informasi tentang lingkungan ini sangat cepat menyebar di seluruh dunia, kapan saja dapat diakses maka informasi akan dengan mudah didapat lewat media online. Media informasi yang satu ini lebih baru karena memiliki jangkauan tak terbatas. Tidak seperti koran, majalah, radio, tv yang sudah mainstream yang terbatas.

Wartawan lingkungan yang bekerja di media mainstream seperti media cetak, radio dan tv harus pintar mengisi berita di ruang yang telah disediakan sambil menghadapi kebutuhan yang berkembang untuk memberitahu lagi seberapa rumit dan mendalam ceritanya. Hal ini terus diperhatikan agar khalayak tetap menggemari media mainstream agar media ini tetap eksis walaupun sudah ada media yang lebih tak terbatas jangkauannya seperti media online.

Media Penggambaran Alami

Penggambaran tentang es di kutub utara dan selatan yang setiap tahun mencair membuat persepsi masyarakat tentang global warming semakin meningkat, hal ini membuat sebagian besar masyarakat Dunia merasa was-was akan munculnya bencana alam seperti air bah pada masa Nabi Nuh, sehingga perilaku masyarakat lambat laun akan peduli dengan lingkungan hidup. Namun, lambat laun juga ada masyarakat yang tidak peduli dengan hal ini. Entah kenapa masyarakat sudah kurang peduli dengan lingkungan alam, mungkin saja kesadaran tentang lingkungan berkelanjutan belum sampai, atau mereka berpikir bahwa yang melestarikan bukan mereka melainkan yang melestarikan alam sudah ada seperti bagian kehutanan. Padahal lingkungan alam ini yang wajib menjaga dan melestarikan yaitu setiap orang yang hidup di Bumi ini, termasuk kita. Karena kita tidak bisa mengandalkan mereka yang bertugas untuk melestarikan hutan dan melakukan penghijauan saja. Hal ini karena Bumi ini sangat besar dan membutuhkan lebih besar kemampuan manusia dan teknologinya untuk dapat menjaga dan melestarikan Bumi ini.

Media yang menggambarkan lingkungan alam yang mulai rusak akan bersaing dengan tampilan olahraga populer yang sedang digemari seperti, sepak bola, basket ball, tenis, balapan motor “MotoGP” dan lain-lain memiliki tempat yang cukup besar di media hiburan. Selain itu juga promosi teknologi kendaraan bermotor seperti mobil yang mencapai puncak tertinggi di suata daratan. Hal ini agar dapat menarik peminat agar dapat membeli mobil yang dengan kekuatan ekstra yang dapan menaiki jalan yang ekstream hingga puncak tertentu yang diinginkan. Ini membuat masyarakat terpengaruh dan dapat melupakan hal apa yang dapat dilakukan agar dapat menahan laju pemanasan global ini.

Representasi Media Alam

Pada awal tahun 1960 media mainstream mulai gencar menampilkan gambar tentang lingkungan. Salah satunya yaitu foto bumi yang diambil oleh astronot di Apollo 8 pada tahun 1968. Salah satu film tv yang menampilkan tumpahan minyak di lepas pantai Santa Barbara juga menjadi sorotan. Ini membuktikan bahwa media yang pada saat itu masih terbatas namun sangat peduli dengan dampak lingkungan alam.

Frekuensi Referensi Lingkungan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline