Kita sering menyangka bahwa secara keseluruhan diri adalah apa yang diproduksi oleh pikiran dan perasaan. Dan ketika prasangka tersebut terjebak dalam dogma, bahwa apa yang kita pikirkan adalah diri kita. Padahal pikiran kita bukanlah diri kita, tetapi produk ekternal yang menempel pada pikiran.
Kehidupan dipenuhi oleh prasangka baik dan buruk tetapi seringnya terproses pikiran buruk dari apa yang diadopsi oleh mata dan telinga dari sekitarnya. Dampaknya tentu saja ketidakdamaian mendominasi hari-hari. Melihat orang lain seolah musuh yang harus dimusnahkan, menjatuhkan orang lain dan lain sebagainya.
Produk pikiran ini sulit untuk dilepaskan ketika kita menyuntikan terus-menerus informasi yang tidak kita inginkan. Seperti berita yang ada di televisi, media sosial, dalam kehidupan bersosialisasi dan media informasi lainnya. Kita bahkan tidak ingin belajar untuk mengalihkan karena pikiran telah ketagihan dengan sumber infomasi yang belum tentu akurat atau bersifat mengubah kedamaian hati hanya sekedar untuk mengisi hari-hari.
Lalu apa yang disebut dengan produk internal dan eksternal?, siapa yang mengusai diri, pikiran, perasaan atau jiwa?. Mengapa manusia merasa kesulitan untuk mengalihkan informasi atau produk pikiran tersebut? dan bagaimana cara agar mudah mengalihkannya?. Berikut penjelasannya.
Produk Internal dan Eksternal
Persoalan hidup, informasi, tentang siapa, mengapa, dan bagaimana adalah produk pikiran yang berasal dari eksternal atau luar diri kita yang dikelolah dan diproses di dalam otak manusia. Sedangkan rasa sedih, bahagia, dendam, kebencian adalah produk internal dan berasal dari perasaan atau jantung kita akibat dari sampah data negatif yang terproses di otak. Keduanya memiliki cara proses tersendiri karena jantung kita melakukan proses secara independen.
Ketika manusia selalu bersama dengan produk ekternal ini tentunya akan mengalami ketidakseimbangan perilaku, mudah emosi, mudah terprovokasi, sulit mencerna kebenaran, sulit merasakan kebahagiaan. Sedih berkepanjangan, dikelilingi rasa takut, dendam dan kecenderungan ingin membalas, sulit tersenyum dan lain sebagainya. Informasi yang diterima terus menerus membuat frekuensi otak berada pada mode waspada dan terhantui oleh informasi yang masuk ke dalam pikirannya.
Informasi yang terus menerus diproses tanpa Solusi dan membuatnya konsisten berada pada gelombang otak beta dengan getaran tinggi, sehingga menimbulkan stress berkepanjangan. Selalu tegang dengan memikirkan "siapa, bagaimana, apa yang harus dilakukan dan mengapa ini bisa terjadi". Otak selalu menganalisis informasi yang tidak terlalu perlu dan merubah kedamaian hidup di masa kini.
Otak selalu berusaha mengontrol orang di sekitarnya, berusaha mengantisipasi segalanya, mengendalikan hal yang tidak menyenangkan menjadi hal menyenangkan dan lain sebagainya. Ketika manusia selalu berusaha memikirkan masa lalu dan masa depan, hal yang akan diterimanya adalah keresahan, khawatir yang berlebihan dan hal tidak menyenangkan lainnya.
Terkuasai Oleh Pikiran