Lihat ke Halaman Asli

Zairiyah kaoy

TERVERIFIKASI

Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Menyikapi Individu Tone Deaf

Diperbarui: 15 September 2024   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber. Cartoon big businessman pushing down a small one vector/shutterstock.

Tone deaf memiliki arti tidak peduli, tidak memiliki kepekaan atau tidak mampu berempati kepada sekelilingnya. Sering diidentikan dengan egosentris atau hanya mementingkan diri sendiri dan merasa istimewa. Sikap ini sangat tidak menyenangkan terutama bila seseorang memiliki tone deaf berada di tengah kehidupan sosial.

Pernahkah kamu memiliki teman, sahabat, saudara atau bahkan pasangan hidupmu yang memiliki sifat Tone deaf?. Tentu rasanya seperti hidup sendirian ya. Ia tidak peduli atau tidak peka terhadap perkataan dan sikap serta perilakunnya kepada orang lain. Hal ini bisa memicu kericuhan dan ketidaknyamanan dalam hubungan yang sedang berlangsung.

Sebenarnya apa yang menyebabkan seseorang memiliki tone deaf?. Dampak negatif dari tone deaf, siapa yang paling terdampak? Dan bagaimana menyikapi orang-orang yang memiliki tone deaf?. Berikut penjelasannya.

Sebab Seseorang Memiliki Tone Deaf

Sikap dan perilaku manusia diadopsi dari lingkungan, teman bermain, figur otoritas yaitu orang tua, guru dan seseorang yang dituakan dalam satu keluarga atau lingkungan. Seseorang yang diperlakukan secara istimewa sejak kecil oleh yang disebutkan di atas membuatnya tumbuh menjadi seseorang yang merasa spesial dan buta terhadap perasaan orang lain. Meremehkan kesulitan orang lain dan sikap memamerkan keberuntungannya tanpa memikirkan perasaan orang lain yang melihat dan mendengarnya.

Merasa spesial dan selalu beruntung berbeda dengan orang yang memiliki gangguan kepribadian narsisitik personality disorder. Berbeda pula dengan orang-orang yang memotivasi orang lain untuk bisa menyikapi hidup dengan ketegaran. Orang tone deaf ini cenderung tidak peduli dengan apa yang dirasa oleh orang lain, yang ia tahu betapa nikmatnya kehidupannya dan dia memamerkannya tanpa mempedulikan rasa dan keadaan di sekitarnya.

Disikapi spesial oleh orang tua ketika ia salah, ia tidak pernah ditegur dan diarahkan, selalu dibela dan dianakemaskan. Diperlakukan terhormat ketika seseorang melihat taraf hidup seseorang yang dianggap beruntung secara finansial atau taraf ekonomi atas. Disanjung-sanjung ketika ia tidak memiliki value atau tidak sesuai dengan prestasi yang anak tersebut ciptakan, selalu diperlakukan luarbiasa, sehingga ia merasa dirinya sangat berharga dan orang lain tidak lebih penting dari dirinya.

Menerapkan sistem parenting tidak selalu mengabaikan ketegasan. Menyalahkan anak ketika salah dan membela anak ketika ia benar juga bagian dari sistem Pendidikan moral pada anak, namun pada batas-batas yang normal, tidak menggunakan kekerasan verbal dan non verbal padanya untuk kesehatan jiwanya dan membantu kecerdasan emosionalnya kelak. Siapa lagi yang mengajarkan akhlak kalau bukan orang tua, namun tentu dalam bentuk cerita itu lebih mudah diserap oleh anak daripada dalam bentuk nasihat.

Dampak Negatif Tone Deaf

Seperti ulasan di atas bahwa sikap tone deaf menimbulkan rusaknya suatu hubungan, berawal dari mencoba menerima sikap dari seorang tone deaf lama kelamaan mengadopsi sikap yang sama. Sikap tone deaf ini sangat menyebalkan Sebagian pihak karena merasa diabaikan dan merasa hanya diri sendiri yang hebat dan spesial, tentu saja ia tidak disukai oleh orang lain. Bisa kita bayangkan orang yang tidak memiliki empati, sulit sekali bisa menjaga sikap dan menyaring kata agar tidak menyakiti orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline