Kata syukur terdengar sepele dan sering diabaikan oleh manusia atau mungkin banyak diantara kita tidak benar-benar memahami apa makna syukur. Bisa jadi tidak melakukan syukur karena tidak mengetahui bagaimana cara bersyukur, yang sering kita lakukan adalah mengeluh dan menghitung apa yang belum kita dapatkan tetapi tidak pernah menghitung apa yang telah kita dapatkan.
Kita juga tidak terlalu memahami bagaimana "memahami" diri sendiri sehingga sama sekali tidak mengetahui "siapa diri kita dan apa yang kita inginkan".
Suatu saat saya bertemu dengan klien yang memiliki masalah hipertensi, diabetes dan jantung. Ketika itu ia mengeluhkan betapa sulitnya mendapatkan angka tensi darah normal, gula darah yang selalu meningkat dan juga debar jantung yang selalu mengganggunya. Ibu tersebut dibawa oleh anaknya untuk bertemu dengan saya dan bercerita bahwa ibunya sering sekali mengeluh dan marah-marah, selalu makan makanan yang manis dan berlemak ketika ia emosi.
Saya sarankan ibunya menemui psikolog untuk mengatasi masalah emosinya terlebih dahulu tetapi ia tidak mau, lalu saya ajak ibu tersebut berbicara panjang lebar, hingga berhentilah saya pada pertanyaan, "Apakah ibu pernah mensyukuri apa yang telah ibu dapatkan sejak ibu kecil hingga sekarang yang dipenuhi banyak keberkahan dalam hidup dan memiliki anak yang sangat perhatian pada ibu?
Ia menjawab, "Untuk apa? Saya selalu menginginkan apa saja dan selalu berusaha mendapatkannya dan walaupun sangat sulit mendapatkannya." Alhasil ia menjadi marah dan putus asa lalu memakan apa saja terutama makanan manis untuk mendongkrak moodnya sebagai pelampiasan emosinya.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan ibu tersebut? Apa yang membuat tensi darah, debar jantung yang selalu meningkat dan diabetes? Apa dampak dari sulitnya manusia mensyukuri hidupnya? Apa saja manfaat syukur dalam kehidupan? Berikut penjelasannya.
Persoalan Bermula dari Ego yang Tidak Terkendali
Ego adalah struktur psikis yang berhubungan dengan konsep mengenai diri sendiri. Ego meletakan seseorang pada kesadaran dan perasaan diri sebagai individu yang berbeda.
Pada skala kecil ego merupakan mekanisme pertahanan diri, namun ketika ego lebih dominan maka ia akan memberikan jarak yang sangat dalam dan dampak negatif di kehidupan sosialnya sehingga tampak sebagai seseorang yang otoriter dan gagal mengendalikan dirinya.