Lihat ke Halaman Asli

Zairiyah kaoy

TERVERIFIKASI

Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Apakah Mendengki Termasuk Kejiwaan?

Diperbarui: 31 Oktober 2021   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | Sumber. Shutterstock/two via moneycrahs.com

Suatu ketika saya ditanya oleh seorang sahabat yang selalu dihina dan dikucilkan dengan kalimat-kalimat merendahkan. Kalimat yang memang tidak pantas dikatakan oleh orang yang sehat secara jiwa (akal dan pikiran).

Sahabat saya merasa sangat terganggu dengan ucapan-ucapan mereka dan lebih memilih diam daripada berselisih dengan mereka yang dianggapnya tidak penting untuk dipikirkan.

Di sisi lain sahabat saya merasa kehidupan pribadinya sangat terusik dengan hal yang tidak perlu seperti ucapan mereka yang semakin merajalela. Saya katakan kepadanya bahwa "ketika seseorang selalu memiliki sesuatu yang negatif tentangmu untuk dikatakan baik secara lisan maupun tulisan, sebenarnya mereka cemburu kepadamu".

"Kehidupan orang yang mendengki tidak akan pernah tenang karena ia terus-menerus menyiksa dirinya sendiri dengan membenci dan mendengki dengan kehidupan orang lain yang lebih baik dan lebih sukses darinya".

Mendengki adalah perbuatan yang sangat sia-sia dan tidak membawa perubahan apa-apa kepada yang didengkikan. Mendengki membawa perubahan yang sangat signifikan kepada dirinya sendiri yaitu kehidupan yang semakin merosot dan semakin tidak mampu menjalani banyak hal, mengapa demikian?

Sebenarnya mengapa para pendengki itu terus tumbuh dan menyebar? Apa yang terjadi dengan psikis mereka? Bagaimana menyikapi kehidupan orang lain yang lebih baik dari kita agar kita tidak diserang sifat dengki? Berikut penjelasannya:

Mendengki Merusak Diri

Para pendengki tidak menyadari mengapa mereka selalu menjalani kehidupan yang stagnan dan tidak mudah terkabul di setiap doanya.

Menurut skala David.R.Hawkins bahwa setiap manusia memiliki level kesadaran yang cenderung naik dan turun. Ketika ia mendengki maka energi positif yang dimilikinya sangat turun drastis hingga mencapai titik terendah yaitu di bawah dari level 200Hz. 

Para pendengki ini telah mengalami suasana hati yang bercampur-campur mulai dari sifat menyalahkan orang lain, sedih, takut, marah, gelisah, bangga terhadap kejahatannya yang telah mampu mengumpulkan massa untuk menjatuhkan orang lain.

Pendengki ini mengalami kesulitan untuk naik pada level kesadaran positif karena membiasakan diri dengan perilaku negatif setiap harinya sehingga menjadi habit dan hiburan bagi mereka. Hiburan yang sangat mengerikan menurut saya, karena orang-orang seperti ini telah mengalami sakit pada mental (mental illness) dan pikirannya.

Pendengki juga merasa sangat terhibur ketika melihat orang lain menderita karena perbuatannya, bagaimana doa kita bisa terkabul sementara kita selalu menghakimi kebahagiaan orang lain dan tentunya berada pada level yang jauh dari harapan untuk menarik rezeki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline