Usia 25 memang ada di antara masih ingin "bermain" dan sudah mulai "berpikir". Di usia seperempat abad ini memang sudah harus menentukan apakah akan "jalan di tempat", "berangkat pelan" atau mulai merencanakan "terbang tinggi".
Bila waktu dapat diulang tentu banyak orang akan mereprogram hidupnya di usia ini.
Memulai sesuatu memang waktu terbaik pada usia belia dan tentunya dengan rencana dan semangat yang kuat. Merencanakan ini butuh risalah agar pencapaian sesuai tahapannya.
Tidak sedikit orang merasa bahwa usia 25 ini masih jauh dan panjang untuk mencapai sesuatu sehingga membuat mereka lebih santai menjalani hidupnya.
Saya melihat dua orang disekitar saya sebagai perbandingan antara yang mulai hidup dengan planning dan yang let it flow. Saya bertanya pada mereka apa yang akan dilakukan keduanya di usia mereka saat ini (25thn) dan dari jawaban yang satu:
"Saya ingin membangun perusahaan karena saya tidak mau dikepalai, saya akan menjadi kepala diperusahaan saya" dan yang satu lagi "lihat nanti saja akan dibawa tuhan kemana saya ini". Kedua jawaban yang penuh dengan rasa optimis dan pasrah.
Pada saat rasa optimis ada, maka kita akan segera membuat rencana masa depan. Namun bila rasa itu tidak ada dan hanya mengikuti arus hidup saja maka tergantung dengan lingkungan yang sedang mereka dekati.
Lingkungan akan membuat peran dalam hidup kita ketika kita serius berada dalam pergaulan tersebut.
Hidup dengan Rencana
Manusia memiliki otoritas penuh terhadap dirinya sendiri. Tubuhnya dikuasai oleh pikirannya, pada saat manusia tersebut memiliki rencana sama artinya dengan dia menguasai dirinya dan jalan pikirannya sendiri. Memiliki tujuan hidup dan menghargai hidupnya dengan baik.
Tidak jarang kita mendengar "kita boleh berencana tapi tuhan yang menentukan". Kalimat ini benar adanya bahwa didunia ini Allah yang memiliki otoritas penuh terhadapa makhluknya.
Namun Allah memberikan kebebasan dalam menggunakan kemampuan akal dan konsekuensi dari perbuatan manusia apakah baik atau tidak, seperti ayat Al-Qur'an berikut: