Assalamualaikum... Bagaimana kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat wal afiyat ya... Amin....
Pada kali ini saya akan mengajak kalian semuanya untuk berpikir sejenak. Kira-kira apa? Oke langsung saja.....
Pernahkah kalian kehilangan sesuatu? Mungkin, hampir semua orang mengalaminya. Tentunya dengan kisah dan cerita yang berbeda-beda. Kisah yang berbeda dengan tanggapan yang berbeda pula tentunya.
Apalagi, kehilangan sesuatu yang berharga bisa jadi menjadi sangat menyakitkan. Bahkan, ketika kita sangat mencintai sesuatu tersebut. Bila tidak disikapi dengan dengan bijaksana, kehilangan bisa membuat kita patah hati berkepanjangan, yakni bersedih dalam masa yang lama, serta merasa kecewa dengan ketetapan yang Allah SWT buat.
Saya sendiri entah sudah berapa kali mengalami kehilangan. Kehilangan sesuatu yang cukup berharga. Ponsel, pernah. Uang, pernah. Pernah kehilangan file dalam satu memory juga. Padahal isinya skripsi yang sudah sampai BAB III. Kebayang 'kan? Sudah hampir setengah perjalanan. Semua file juga turut serta hilang tidak tersisa. Foto kegiatan, kenang-kenangan, pokoknya semua data penting dari beberapa tahun lenyap sudah.
Sedih? Tentu iya. Bahkan, sempat down untuk melanjutkan bimbingan. Hanya saja, Allah Maha Baik, sangat baik. Ternyata saya masih menyimpan data atau filenya di email. Wah, ini sih namanya beruntung. Tetapi, memang sudah saya rencanakan sebelumnya untuk berjaga-jaga apabila di kemudian hari ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Seperti ini contohnya. Allah membalikkan semangat saya lagi untuk melanjutkan langkah.
Begitulah, kalau menurut Rois Al Maududy seorang Penulis buku yang berjudul Ya Allah, Saya Yakin Rencana-Mu Lebih Indah, bahwa berburu hikmah itu asyik. Pasti akan ada sebuah hikmah dalam setiap peristiwa. Termasuk saat kita kehilangan sesuatu.
Berikut ini hikmah dari kehilangan menurut Rois Al Maududy(2018;3) yang saya simpulkan:
1. Pertama, Menyadarkan Kita tentang Status Keberpunyaan
Saat kita kehilangan sesuatu, kita menjadi sadar bahwa manusia tidaklah mempunyai apa-apa. Apa yang ada pada kita semata-mata hanya titipan Allah yang kapanpun dapat diminta dan tentunya kelak akan dipertanggungjawabkan. Allah yang memberi kita sesuatu, dan Allah lah yang kelak berhak mengambilnya tanpa perlu meminta ijin, kapan pun Allah mau.
Seperti kisah Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang setia, bisa menjadi pelajaran bagi kita semuanya. Ketika ada seruan untuk hijrah dari Makkah ke Madinah, ia segera bersiap untuk berangkat. Ia tidak bisa membawa apa-apa, padahal sebelumnya ia adalah seorang pedagang sukses yang kaya raya. Hal tersebut tidak membuat tekadnya surut, karena ia yakin harta yang sebelumnya ada padanya adalah karunia Allah. Di Madinah, ia memulai usaha lagi dari nol. Dengan atas takdir Allah, bisnisnya terus berkembang dan hasilnya jauh melampaui yang ia dapatkan sebelumnya ketika di Makkah. Kisah ini menunjukkan pada kita hikmah lain dari kehilangan.
2. Kedua, Kesempatan untuk Mendapatkan yang Lebih Baik