MIQOT PESANTREN BISNIS
Oleh : Zainurrofieq
Dalam "Muhibbah Bisnis" Kadin Pesantren minggu ini (Rabu, 27 Januari 2021), Alhamdulillah, Allah pertemukan kami dengan sang kiai yang visioner, bisnisman dan loyalis dakwah keummatan.
Kiai yang santrinya tidak kurang dari 5000 orang, pesantrennya bertengker dipuncak bukit seluas 92 hektare (sedang disiapkan sampai 600 hektar), Selain pengajar ngaji beliau juga adalah presiden direktur perusahaan pemilik 600.000 hektar lahan sawit. 11 (sebelas) perusahaan dalam berbagai lini bisnis beliau pegang, tak ayal bila zakatnya pertahun sampai 1 Milyar Rupiah.
Namun tawadlunya luar biasa, kesehariannya hanya berbaju putih berjas, bersarung dan pakai sandal jepit swallow. Mobil yang dikendarainya sendiri untuk keperluan kesana kemari hanya Avanza, sangat sederhana sekali.
Dalam Mutiara yang dikisahkannya tentang kunci kesuksesan dalam membangun kerajaan dakwah dan bisnis adalah dua hal yaitu Etos dan Etis, kata beliau. Etos itu memuat cara hidup dan kerja yang Keras-Cerdas-Ikhlash-Tuntas-Mawas- dan Puas. Etis, tuturnya memuat spirit Fokus-Lurus-Mulus dan Tulus.
Falsafah hidupnya ada dalam dua pilar utama, yaitu pemaknaan Hidup dan Kehidupan, Hidup adalah keyakinan totalitas untuk dogma-dogma tekstuil yang diperserahkan pada sang Khaliq Allah azzawajalla, Sedangkan kehidupan adalah pemaknaan usaha kemanusiaan yang empirik.
Beliau sempat berkisah, tahun 1999 memulai merintis pesantren tersebut yang dimulai dari wakaf cuman 1000 meter persegi, namun nahasnya setelah berjalan tanah wakaf itu diambil kembali oleh muwakif, "Dengan kepasrahan terpaksa tanah itu dilepas saja, dan buahnya kini 93hektar dapat kita beli sendiri dan kemudian menjadi asset wakaf ini".
Bincang perbisnisan, beliau mengarahkan bahwa yang harus dikedepankan ternyata bukanlah Modal tapi Moral, tuturnya. Jika yang didahulukan mencari modal, maka yang muncul adalah mindset hitungan dan kalkulasi uang. Namun jika kita berbicara moral, usaha apapun yang dilakukan yakin akan lancar meskipun bukan dari rel yang terpasangkan, disinilah muncul matematis ilahiyyah alias manajemen ilahiah. Dalam konsep memang menggunakan manajemen manusia tapi pada prakteknya yang digunakan adalah manajeman ilahiyyah. Salah satunya adalah pacuan "ta'awanu alalbirri" Kerjasama dalam kebaikan.
Salah satu kritikannya yang konstruktif adalah, "Selama ini pesantren hanya mampu mencetak generasi yang bisa ngaji, namun hakikatnya belum mampu mengabdi dan berbakti". Dibutuhkan konsep dan pergerakan kesadaran pesantren yang komunal dan salahsatunya berharap pada program-program KADIN PESANTREN.
Dibutuhkan tiga Langkah strategis dalam membangun bisnis di pesantren, Pertama adalah mempersiapkan orang nya atau SDM, kemudian yang Kedua adalah berusaha membangun kebiasaan kerja profesional dan kemudian yang terakhir adalah meniatkan untuk sebuah pengabdian.
Maka menjadi sebuah keniscayaan bahwa bisnis pesantren harus dipegang oleh jiwa-jiwa yang kehidupan duniawinya sudah selesai, Bukan berarti tidak mengambil untung dari usahanya, namun tidak hanya kalkulasi keuntungan semata, karena kita yakin tidak ada satu perbuatanpun yang tidak terbalaskan. Yakin itu. Pasti ada untung.
Sang Kiai berharap sangat ke KADIN PESANTREN yang menggagas silaturahim/ Muhibbah Bisnis itu, bahwa Islam akan maju hanya dengan amal jama'I, Ummat islam bisa menggeliat bila dalam rell kolaborasi, tidak ingin maju sendiri.
Selain KADIN PESANTREN harus terus dikembangkan sayapnya hingga terus meluas, adalah penting juga segera memiliki Kerjasama keummatan antar Lembaga Pesantren dalam pembuatan Pabrik Bersama, dan langsung saat itu juga sang kiai mensupport ide dan arahan taktis untuk Bersama menjelmakan Pabrik Air mineral di wilayah Sukabumi (yang notabene kaya akan lahan sumber air berkualitas yang alami).