PESANTREN ENTERPRENERSHIP DI KUDUS
Oleh : Zainurrofieq
Dalam undangan khutbah Nikah di Mesjid Agung Demak kemarin, Alhamdulillah saya berkenan melanjutkan perjalanan menemui sahabat lama, aktivis di Al Azhar Kairo yang sudah 20 tahun tidak bertemu, namanya Kiai Sofyan Hadi.
Terakhir pertemuan saya dengan beliau tahun 2000 ketika sama-sama melakukan penelitian komparasi pendidikan ke lima Negara (Mesir-Singapura-Malaysia-Brunai Darussalam dan Indonesia) termasuk semua delegasi saat itu sempat singgah ke beberapa pondok pesantren termasuk di Mubarokulhuda Banjaran dan di Pesantren Cintawana Tasikmalaya tempat saya mondok sebelum ke Kairo, penelitian ini disponsori kantor cabang Singapore Airlines di Kairo.
Penelitian yang dikawal dan dibimbing langsung oleh Doktor Syairozi Dimyathi, jebolah S3 Al azhar bidang pendidikan yang terdiri dari 10 peneliti dari 3 negara (Indonesia, Singapore dan Malaysia) itu, salah satunya meneliti tentang kondisi plus minus asrama-asrama usia pendidikan dasar dan menengah termasuk asrama mahasiswa di beberapa Negara objek penelitian, terutama komparasi Mesir dan beberapa Negara Asia Tenggara.
Dan tentunya adalah juga sambil meneliti sejauh mana sinkronitas kurikulum Al Azhar dengan pendidikan-pendidikan keagamaan di Indonesia dalam hal ini di beberapa Pondok Pesantren.
Dua puluh tahun berlalu, pertemuan saya dengan Kiai Sofyan Hadi ini, kemarin dipertemukan lagi dalam suasana yang sama bicara penelitian kepesantrenan, tapi saya bersyukur pertemuan diskusi kali ini telah menjadi praktek sebuah konsep pesantren yang menurut saya akumulasi dari ide-idenya yang sangat cemerlang dan aplikatif.
Beliau menamakan Pondoknya yang ia bangun bersama Istri tercintanya dengan nama Pesantren Enterprenership Al Mawaddah.
Istrinya yang seorang hafidzoh (hafal 30 juz) belakangan ternobatkan menjadi pemenang enterprership Award kelas nasional, Pondoknya pun menjadi pemegang penghargaan Santrri Prener Award, disamping prestasi-prestasi pribadi Kiai Sofyan lainnya sebagai motivator dan juga merangkap sebagai ketua kelompok tani dan ketua penggerak sadar wisata. Subhanalllah "mumtaz awwi awwi".
Cerita yang saya suka dari beliau adalah ketika pertama kali beliau menuturkan ingin bermanfaat bagi masyarakat lokal yang notabene rata-rata profesi petani "miskin", beliau menyimpulkan bahwa diantara penyebab utama kemiskinan yang membumbung adalah kebiasaan mengeluh. "Tidak ada satu petani pun saat itu yang saya ajak bicara tentang pekerjaannya yang tidak mengelh" kata Kiai Sofyan.
Dari situlah kemudian beliau terposisikan menjadi seorang motivator. Selain menggali sisi bisnis masyarakat adalah juga mendampingi para petani dalam mensikapi kehidupan dan itu diimplementasikan dalam pengajian mingguan dan dikasih makan gratis.