Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Karatan

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dek cantik          : bener deh bang dia itu memang nyinyir sama orang islam.

Saya                 : ah jangan gitu, mungkin itu perasaan mu saja.

Dek cantik          : lah ngapain juga dia mandang  aku dari atas sampe kebawah, sinis pula.

Saya                 :yah mungkin matanya lagi penyakitan kali.

Dek cantik          :heemm....tapi bang aku kan waktu itu aku cuman mau ngasih selembaran absensi tapi dia langsung hardik aku terus terang bang aku kaget dan sakit hati. Feeling ku nggak pernah salah.

Saya                  : yah dek istighfar saja, jangan terlalu suudzon, toh kamu nggak akan ketemu dia lagi.

Dek cantik           :..............................

Adek manis saya, dia baru berjilbab beberapa bulan yg lalu, Subahanallah, Allah memberikannya hidayah, biasanya dia kalo berpakaian ala anak Kpop. Suka geleng2 kelapa terus di pecah dan di minum airnya saya melihatnya, entah kenapa dan dari mana suatu hari saya melihatnya berjilbab, Subhanallah.

Tapi, dari suatu perubahan kita pasti selalu mendapatkan dampak, baik positif maupun negatif. Dan itu yg adek ku terima suatu hari. Pada waktu dia belum berjilbab, dia tidak pernah merasakan pandangan sinis karena mungkin orang melihatnya normal. Kalo sekarang...... garuk garuk saya, demi Allah, adek cantik ku ini masih normal waras, ngitung  1+1=2 bukan 2 3 ato 11.

Garuk garuk mode on.

Malah ada yg lebih lucu, temenku pernah bercerita waktu itu dia naik angkutan umum, dalam perjalanan ada gerombolan ibu ibu baru pulang dari gereja naik angkutan umum yg ditumpangi temen ku. Dalam perjalanan si supir ngerem mendadak, spontan temenku berucap Astaghfirullah, normal menurut ku. Tapi ibu ibu yg baru pula dari Gereja memandang temen ku tanpa henti.

“aku baru kali ini dipandanga kayak gitu zai”

Fenomena apa kah ini??!!!!!!!...........

Haaahhh apakah fenomena ini baru terjadi??, apakah karena ada FPI saudara saudara minoritas ku jadi nyinyir bin alay???

Hhhhhmmm .....fuuuuuhh...

Saya jadi teringat kejadian dulu waktu saya masih unyu unyu dan lucu, dimana pelajaran PMP pelajaran paling saya sukai. Saya  punya tetangga di depan rumah orang cina, maaf bukan rasis, saya sering lihat dia  main di depan teras bersama saudara saudaranya. Ingin sekali saya berkenalan dengan mereka, kebetulan saya penggemar film silat, aktor paporit ku almarhumah LO LIEH. Wah kalo minjem film silat saya maunya ada LO LIEHnya.

Suatu hari saya lihat dia sedang main sendiri, kesempatan untuk mendekati pikir ku, aaahh saya dulu masih lugu dan unyu unyu, walau ibu ku pernah bilang yang bukan muslim nggak masuk surga, tapi pikir ku waktu itu saya masih unyu unyu dan lucu, nggak mikirin yg aneh aneh, pinginnya jadi jagoan kayak LO LIEH ku, ciiiaaatt....

Lupa bagaimana saya melakukan pendekatan, yang seingat saya,saya mencoba membuka percakapan dengan menanyakan apakah dia tahu jagoan KU. Entah kenapa apa yg saya tanya balasannya tidak sesuai dengan yang saya harapkan, apakah karena saya beda ras dengannya??

Saya tanya apakah dia suka nonton GOOGLE FIVE, MEGALOMAN, VOLTUS DLL....entah kenapa susah sekali saya masuk ke lingkarannya, saya bercerita potongan adegan dalam tontonan yang saya sebut, mencoba menemukan kesamaan dengannya. Hingga akhirnya suatu patah kata yang tak saya sangka keluar dari mulutnya, yang seumuran dengan ku masih unyu unyu dan lucu.

“KATA PENDETA SAYA ORANG ORANG MACAM KAMU MASUK NERAKA”

JELEGER JELEGUR DUAAARRRR!!!!!

Genderang perang berbunyi, saya balas ucapan nya dengan ucapan yg saya pernah dengar dari orang tua ku, guru agama ku, ku lontarkan semua kepada dia yg masih unyu unyu. Kami berbalas pantun di depan rumahnya, saya di luar pagar dia di terasnya. Wah seru kalo di film kan. Akhirnya pertarungan terhenti, dia dipanggil mamahnya masuk rumah.

Emosi waktu itu, saya jarang bertemu dengannya lagi. Pernah saya bertemu pada waktu saya masih polos lugu dan mulai menginjak dewasa. Kami hanya berpapasan, tak ada tegur sapa sebagaimana pelajaran PMP yg pernah saya baca, karena menurut dia dan bapak pendetanya, saya  akan masuk neraka.

“ zai, bok ora ngono, nggak semua kayak gitu tuh temen mu nggak nyumpahin kamu masuk neraka”

Yah saya yakin nggak semua kayak gitu.

Yang namanya manusia, punya hati nurani, punya otak untuk dipake mikir. Mau kulitnya hitam, putih, kuning, sawo matang, abu abu, merah, kuning dan hijau...saya yakin mereka bukan binatang. Punya logika untuk berpikir, punya moral untuk menghargai, punya hati untuk tidak memandang sebelah mata.

“memang ada manusia warna kulitnya merah, kuning, hi.......”

Tapi kadang doktrin kebencian itu bisa kita temukan dimana mana, baik dari keluarga, ayah, ibu, kakak, teman, guru, guru agama, ustad, pendeta......tidak memandang warna, agama, kaya miskin dll. Dan doktrin ini bisa di expresikan secara aggressive, pake toa tiap sholat jumat, ato tiap seminggu sekali di ruangan tertutup penuh khidmat....

Toh semakin kita dewasa semakin matang kita berpikir, dan seiringnya waktu kebencian itu pun menghilang dengan kearifan, bila itu memang terjadi.

Sekali lagi saya tidak bisa hantam kromo dalam menilai, biarlah waktu yg memperlihatkan. Saya jadi teringat dengan istilah keren yg saya temukan “don juj buk bay is cover” betul??

Pletak!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline