Lihat ke Halaman Asli

Antara Mualaf dan Islam Keturunan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalo cerita dulu, saya ini termasuk islam ambangan, kali. Nggak jelas juga, sholat iyah, zakat iyah, tapi maksiat juga iyah..oops..

Setelah kena tegur si “BOSS” saya akhirnya mempelajari islam, sesungguhnya, dengan benar dan di bimbing oleh teman saya. Walaaaahhh banyak sekali PR yang harus saya lakukan. Di umur hampir seperempat abad PR menumpuk hiks..sebagai islam keturunan, “kemana aja kamu JET??”

Kalo dipikir pikir, saya ini nggak beda jauh ma Mualaf.

“heh kok bisa begitu??”

Nggak juga kali ya, malah menurut saya, islam keturunan seperti saya masih jauh dari  keren dibanding mualaf mualaf.

“keren??....off course!!..

Gimana nggak, mualaf mualaf ini menemukan kebenaran islam.  Mereka “mencari” tahu tentang islam dan menemukan kebenaran di dalamnya dan hijrah menjadi muslim. Dan mereka rela meninggalkan hal hal duniawi yg mereka punya, untuk menjadi seorang muslim yang baik. Kalo saya, islam keturunan, kadang kalo lagi fokus sama pekerjaan, suka nggak ingat sholat atau melailaikan sholat, apa lagi sholat jumat, lebih fokus kerjaan malah. Bandingkan sama yang mualaf...

Dan yang membuat saya sebagai islam keturunan malu, pengetahuan mereka tentang islam lebih hebat, padahal mereka baru memeluk islam, nah saya?? Walah mau di taro dimana muka saya.

Dan yang membuat saya tambah malu dan kagum adalah bagaimana mereka(balik) membela agama islam dari orang orang yg menghina dan mendiskreditkan agama islam.

Banyak sekali forum forum yang menghujat agama islam dan para mualaf menjawab dengan ilmu  yang mereka punya. Kadang saya malah belajar dari para mualaf ini,

“bwuhihihihihi kepriben toh zai??”

Pencela : “bukannya kalian juga punya banyak tuhan itu terbukti dalam alquran kalian ada kata “kami”..

Zainudin : “heh??......................

Mualaf :” Kata jamak atau tepatnya kata ganti orang pertama jamak, yakni "Kami", digunakan secara konsisten bila dalam suatu aksi perbuatan malaikat ikut terlibat, bukan hanya Allah SWT sendiri. Sebagai contoh, turunnya Al-Qur’an terjadi dengan partisipasi malaikat Jibril (lihat QS. 2:97 di bawah). Oleh karena itu, jika membicarakan wahyu-wahyu Allah SWT, kata majemuk "Kami" digunakan untuk mengakui peranan malaikat Jibril (lihat QS. 5:44 dan QS. 15:9 di bawah). Begitu pula bilamana kata majemuk "Kami" digunakan, kita tahu malaikat dilibatkan, dan Allah SWT menghargai para malaikat atas partisipasi mereka (lihat juga QS. 70:40 di bawah............

Zainudin :”ooooohhh”........................dziggg!

hiks pengen nangis T.T..........

sumber     :

http://mualaf.blogsome.com

http://www.facebook.com/KRISTOLOGI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline