Lihat ke Halaman Asli

Ini Alasan Mengapa Saya Berhenti Merokok

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhir-akhir ini, saya lagi seneng-senengnya menulis berbagai hal yang terkait dengan bahaya rokok, nikmatnya lepas dari jeratan rokok, dan bahaya rokok bagi tubuh. Mungkin, ini disebabkan keberhasailan saya berhenti dari kecanduan merokok, sehingga apapun yang berhubungan dengan rokok menjadi menarik untuk saya tulis.

Kenapa saya berhenti merokok? Ini pertanyaan besar yang spekulatif, tiap orang memiliki alasan dan latar belakang berbeda mengapa ia berhenti merokok, termasuk juga, tiap dari mereka memiliki alasan mengapa ia terus merokok. Bisa jadi, ada dari pembaca yang tidak setuju dengan alasan saya berhenti merokok, dan mungkin ada juga yang setuju  atau sangat setuju, hehe..

Saya berhenti merokok, karena:

-Ibu saya melarang. Jujur, saya bukan tipe anak yang baik dan penurut. Masih jauh dari kesempurnaan. Sering kali saya menyakiti hati ibu dengan tidak menuruti perintah atau menjauhi larangannya. Kini, saya tidak ingin menambah kepedihan hati ibu itu dengan terus-terusan merokok yang sangat beliau benci.

-Saya tidak ingin membuang-buang waktu. Bagi perokok, ada saja alasan menunda pekerjaan dengan berujar, “Aduh, tanggung nih, masih mau menghabiskan rokok,” atau bisa saja berkata begini, “Merokok dulu ya, ntra kita lanjut,” dan lain sebagainya. Waktu sangat berharga, dan rokok sangat tidak berharga. Akankah waktu hilang sia-sia begitu saja? Aduh... eman banget kan. Yang lebih parah dan sering terjadi, adalah menunda-nunda sholat dengan terlebih dulu menghabiskan rokok.

-Saya sudah sangat enjoy tanpa merokok. Jujur saja, kebanyakan dari orang merokok itu karena mencari ketenangan, inspirasi, dan perasaan enjoy. Mereka sungguh sangat sulit mendapatkan semua perasaan itu tanpa menghisap rokok. Demi mendapatkan semua perasaan bahagia itu, mereka rela mengeluarkan uang, mengorbankan waktu, dan menyakiti perasaan orang lain dengan terus merokok. Memang, perokok itu kadang sangat egois. Kalau hasrat merokoknya sudah memuncak, dia tidak memperdulikan kondisi di sekitarnya. Dan alhamdulillah, saya relatif mudah mendapatkan perasaan enjoy tanpa harus merokok. Lantas dengan apa? Menulis.

-Saya ingin tampil bersih dan harum. Duh... lebay banget sih, hehe... Ya maksudnya begini, bukan berarti perokok itu bau dan tidak bersih, tapi saya ingin tampil lebih baik lagi dengan menjauhi rokok. Saya ingin membahagiakan tiap orang yang melihat saya, dengan penampilan yang menarik dan tidak membuat mereka sumpek dan ogah-ogahan. Dulu, ibu saya pernah marah-marah, sebab baju dan kamar saya selalu bau rokok. Kejadian ini tidak ingin terulang lagi.

-Saya sayang tubuh ini. Meskipun ada sebagian kalangan yang menilai, bahwa bahaya rokok itu tidak buktinya. tapi bagi saya pribadi tetap berbahaya. Minimal pada kesehatan paru-paru dan jantung. Kalau ada sebagian orang yang susah-susah memperbaiki kualitas kesehatannya, kenapa saya mau susah-susah merusak kesehatan yang sudah ada ini. Begok banget kan. Dan biasanya, perokok tidak percaya pada realitas ini. Mereka percaya dan berhenti merokok, ketika nanti sudah jantungan, kena TBC, dan penyakit-penyakit yang lain.

-Saya berhenti merokok, karena orang yang mencintai saya sangat mengharapkan saya berhenti merokok. Dan alhamdulillah, saya bisa menuruti kehendaknya.  I lup you sayang.... hehe. Semoga dia membaca postingan ini.

-Saya tidak ingin ikut berkontribusi memperkaya mereka para pengusaha-pengusaha rokok itu. Gara-gara mereka, tetangga saya yang bertani tembakau jadi sangat sengsara. Harga tembakau dipermainkan. Dibeli dengan harga yang dijanjikan. Harga yang ditawarkan sungguh sangat tidak seimbang perjuangan mereka bertani. Ingin rasanya menyadarkan tetangga-tetangga saya, bahwa mereka bisa kaya tanpa harus bertani tembakau.

Demikian alasan mengapa saya berhenti merokok. Masih banyak alasan lain, tapi tidak perlu saya tuliskan. Dan mungkin ada yang menganggap saya terlalu idealis dengan alasan ini, ya terserah lah, itu hak mereka. Ada juga sebagian yang berhenti merokok tanpa alasan, ya cukup berhenti saja. Soalnya kalau berhenti merokok karena alasan, ada kemungkinan nanti merokok lagi ketika alasan itu sudah tidak ada. Ya terserah lah pokoknya ....

Mereka yang merokok saya harap menulis alasan-alasan mengapa ia merokok atau kalau bisa meyakinkan saya dan yang lain yang masih belum pernah rokok untuk kembali merokok. Saya rela dan ingin mengkampanyekan anti merokok, karena saya melihat ini adalah tindakan yang positif. Dan kalau merokok itu juga termasuk tindakan yang positif, kenapa tidak dikampanyekan juga, bukankah yang baik itu harus disebarkan? Kalau tidak baik, kenapa anda masih saja mau merokok?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline