Lihat ke Halaman Asli

Karena Cinta Tak Selalu Harus Bersama

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam kehidupan rumah tangga, ekspresi cinta memang dapat tersalurkan dengan baik lewat perjumpaan dan kebersamaan. Namun bukan berarti ekspresi tersebut menjadi beku ketika harus berpisah atau menjadi layu ketika tak dapat bersama.
Perpisahan memang sering menciptakan suasana mendung menggelayut di relung-relung hati. Namun, seperti ungkapan sebuah bait...'tak selamanya mendung itu kelabu.'

Bagaikan sakit yang dapat mengingatkan seseorang tentang mahal dan berharganya kesehatan, maka perpisahan pun dapat mengingatkan seseorang betapa indahnya kebersamaan dan betapa berharganya perjumpaan. Karenanya, dalam batas tertentu, perpisahan justru dibutuhkan untuk mengasah ketajaman cinta, memperhalus rasa dan latihan bagi jiwa. Karena ketika itu, ekspresinya lebih mengandalkan ketulusan hati ketimbang emosi, lebih membutuhkan kejernihan pikiran ketimbang selubung perasaan.

Ketika sebagian orang menjadikan perpisahan sebagai kesempatan mencuri pandangan atau mengalihkan perhatian, justru ketika itulah sebenarnya saat yang paling tepat baginya untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas cintanya kepada sang pilihan.
Sebab, kini dia dapat mengungkapkan perasaanya lebih dalam dan lebih berisi dari sebelumnya, bahkan bisa jadi lebih puitis dari sang pujangga. Tidak hanya itu, dengan kebersihan hati, kerinduanya akan mengantarkannya pada doa-doa tulus di penghujung malam atau dalam keheningan.

Ekspresi cinta Rasulullah SAW kepada isteri pertamanya; Khadijah RA, justru baru dapat di tangkap, berdasarkan berbagai riwayat yang ada, setelah sang isteri tercinta telah tiada dan tidak lagi bersamanya. Hal mana membuat Aisyah RA sangat cemburu dengan Khadijah RA walaupun dia tak pernah bersua. Sehingga dia selalu menanyakan alasan latar belakang mengapa Rasulullah SAW begitu mencintainya. Sekali waktu beliau menyebutkan latar belakangnya terkait dengan peran dan sumbangsih Khadijah atau karena kemuliaan akhlaknya. Namun ketika alasan-alasan tersebut serasa tak dapat mewakili ekspresi cinta beliau yang sedemikian besar kepada sang isteri, beliau hanya berucap:...''Sungguh aku telah diberi karunia berupa cinta kepadanya.'' (muttafaq alaih)

Cinta model ini, mestinya telah melampaui batas-batas fisik, tempat dan waktu. Cinta sejati yang sulit diuraikan dan dibahasakan, kecuali bahwa dirinya telah memilikinya dan merasakannya.

Pada Rasulullah SAW, kita tidak hanya dapat belajar tentang ruku dan sujud panjang membelah malam, tapi bagaimana menyimpan cinta di dasar hati yang paling dalam.

Di sana... Seusai akad pernikahan, seorang ustadz berdoa lirih diaminkan dengan khusyu kedua pengantin dan para hadirin....(Yaa Allah, satukanlah hati mereka berdua sebagaimana engkau menyatukan hati Rasulullah dengan Khadijah Al-Kubra....).

SALAM BERBAGI.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline