Lihat ke Halaman Asli

Kota Gadis

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

hmmm....hawa sejuk secara perlahan menampar pipi lusuhku. rasa kantukku pun hilang dalam sekejap, entah kenapa rasa kantuk yang telah ku bawa dari solo itu hilang begitu saja. ya tanpa ku sadari teman kelaku memegang tangan kecilku sambil berkata sepatah kata "zain dah sampai nih..turun yuk" ujarnya sambil menuntunku keluar dari penjara bus sumber kencono. hempasan angin itu kian kencang saja mengobok-obok pipi mungilku ini..."ssssstttttttt.....ademnya" ujarku sambil menoleh ke arah temanku menuju parkiran motor. suasana terminal yang diselimuti kabut asap dan bau pesing kamar kecil di samping halte pemberhentian penumpang membuatku ingin pergi jauh dari zona tersebut...ya pingin pergi..pergi ke tempat di mana angin sejuk itu bisa meremas pipi imutku ini...hehe

tak lama kemudian, temanku mengajakku naik motor tuanya..motor yang telah mengantarnya menjadi dosen  kawakan di UB malang.  meninggalkan terminal membuatku sedikit fresh. tidak tau apakah karena godaan angin malam kota gadis ini ataukah memang ini bentuk sambutan alam kota gadis...entahlah..aku juga tidak tahu..

sudah hampir lima menit berlalu saya meninggalkan terminal itu, dan kini nuansa rindang kota gadis itu pun menyapaku dengan senyuman lepasnya. ya senyuman yang sangat indah.mungkin hanya orang yang mengerti makna simbol saja yang bisa memahami itu semua..untung saja dulu aku pernah belajar ilmu semiotika "ilmu tanda"...jadi tak sulit bagiku untuk membacanya...hehe

rumah-rumah sepanjang jalan kota gadis tersebut masih banyak peninggalan zaman belanda..masih terawat dengan bagus. ada yang dijadikan rumah, ada juga yang dijadikan tempat nongkrong seperti warung kopi atau tempat makan. hiruk pikuk kaula muda menambah indah kota gadis ini. remaja wanitanya cantik-cantik, aduhai,,sehingga sempat terpikir dibenakku. "jangan-jangan ini alasannya kenapa disebut kota gadis..?"mungkin saja jawabku sambil meneruskan lirikanku. tidak beberapa setelah melewati rumah dan bangunan tempo dulu serta sapaan hangat dari pemandangan wanita ayu kota gadis, sampailah aku dan temanku di sebuah tempat nongkrong remaja di kota gadis ini..stadiun. ya di setadiun inilah tempat arena ngumpul para remaja dan orang tua kota gadis. beberapa kedai kopi telah siap menyuguhkan kopi andalan mereka. di bawah terpaan sinar rembulan dan kedipan sang bintang, aku dan temanku pun tak mau kalah menikmati secangkir kopi khas kota gadis itu. satu kopi special dengan balutan dangdut koplo Alamat Palsu....matabb..

rayuan angin malam kota gadis itu kian menggila, sungguh aku sampai tak tahan dibuatnya. setalah beberapa jam menikmati kopi special dan belaian koplo Alamat Palsu. aku pun meninggalkan arena nongkrong tersebut. motor kian melaju, aku tak tahu mau kemana lagi. sepanjang jalan gerombolan anak muda dengan gagahnya bermesraan di atas motor dengan gadisnya. haduhh...semakin membuatku tak tahan saja. tak henti-hentinya mataku memandang sekeliling, berharap ada kejutan indah lagi dari kota gadis ini. selang beberapa menit kemudian, roda motor temanku ini tiba-tiba berhenti di depan alun-alun kota gadis itu. "waaawwww...." ucapku sambil melirik kesana kemari. suasana yang indah, percikan kembang api yang menawan kini menghiasi langit indah kota gadis tersebut. lesehan-lesehan bertebaran mengelilingi alun-alun. di setiap sudut nampak kaula muda yang sedang bermesaraan dengan gadisnya..sungguh suana yang indah dan menawan.

lagi-lagi belaian lembut angin malam kota gadis tersebut menyelinap di pori-pori kulitku. menerobos masuk, tanpa kenal permisi padaku. ku nikmati saja belaian angin malam kota gadis tersebut sambil sesekali aku melirik suasana indah malam itu. tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 namun alun alun itu masih saja ramai. seperti matahari baru terbenam saja. ya karena suasana yang indah dan sapaan lembut angin malam kota gadis ini membuat para pengunjuk alun-alun lupa akan waktu...

sapai akhirnya ku sapa kembali angin malam kota gadis itu dengan suara merduku..."aku istirahat dulu, terimaksih atas jamuannya malam ini...kota gadis...madiun" ujarku sambil meninggalkan kota gadis itu secara perlahan..

madiun kau menghipnotisku dengan jamuan malammu....dasar kota gadis....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline