Lihat ke Halaman Asli

Zainal Tahir

Politisi

Rezeki Anak Yatim

Diperbarui: 23 Januari 2020   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama Aidir Amin Daud di warung coto Senen. | Dok. pribadi

Usai berenang 1000 meter, saya duduk termenung di hadapan PC, Macbook Air, Ipad mini, iPhone 4, Note 3 dan Samsung Duos lipat-lipat. Pasar di hadapan saya juga ikut termenung. Tersenyum pada mulanya, tapi setengah jam kemudian ambruk tak berdaya. Itulah market. Prasangka dan praduga dari segudang pakar stock tak bisa kita lihat membelalak pandangannya.

Itu terjadi beberapa hari ini!

Jadi, jemari saya hanya menjilat-jilat ipad, menekuninya sembari tertunduk lesu. Tak mungkin loyo sebab habis memperagakan gaya kupu-kupu di kolam! Bugar jasmani, batin agak tertekan, hahaha. Saya masih bisa tertawa, namun cempreng kedengaran.

Menjelajahi FB, WA, IG, LINE hingga Telegram. Lalu pindah ke situs olx, rumah.com, rumah bekas.com, carmudi. Begitu bolak-balik dengan sebuah harapan dan doa yang cukup mendalam; semoga hari ini ada yang berminat sama salah satu properti yang akan saya lego. Hanya itu yang mondar-mandir di benak saya. Sungguh!

Sementara pikiran saya dipenuhi impian yang belum jalas, datang panggilan yang kami banggakan, Aidir Amin Daud, "Kamu di mana, Nal?"

"Di rumah, Pak! Ada perintah?" Semangat saya melompat 100 persen. Andaikan monitor di depan saya juga begitu, duh...

"Waduh, saya kira kamu di sekitar sini, Bos," ujar Pak Aidir.

"Sekitar mana, Pak?" kejar saya.

"Senen. Saya mau singgah makan coto," jawabnya.

"Tunggu, Pak! Saya datang!" tekan saya seakan tak ingin melepas momen ini.

"Aih, berapa lama? Jauhko blah!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline