Lihat ke Halaman Asli

Zainal Tahir

Politisi

Menikmati "Omani Bread" di Benteng Nizwa

Diperbarui: 20 Desember 2019   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di depan pintu gerbang utama Nizwa Fort. (dokpri)


Berada beberapa hari di Muscat, ibukota negara Oman, adalah sebuah kejutan bagi saya. Biasanya tulisan Muscat saja yang sering saya baca di TV pesawat jika menampilkan map perjalanan pesawat yang sedang saya tumpangi, yang melintasi jazirah Arab, sewaktu saya berkunjung beberapa kali ke benua Eropah, atau ke Afrika Selatan yang menggunakan maskapai penerbangan milik negara Turki.

Mencari masjid terdekat dari The Secure Inn, hotel tempat saya menginap, adalah hal yang pertama saya lakukan. Melalui aplikasi QuranMajeed di Handphone, saya menemukan sebuah masjid sekitar 600 meter dari hotel. Oman ini negara Islam, tentu banyak masjid yang bertebaran. Maka pada subuh hari yang sunyi tanggal 19 Desember 2019 tadi, saya berjalan mencari masjid tersebut, melaksanakan salat subuh berjamaah di sana.

Subuh di sini saat ini ternyata pukul 05.20 waktu Muscat. Disaat yang bersamaan waktu salat subuh di Jakarta pukul 04. 15.

Jadwal kunjungan pertama di Muscat, yaitu sebuah kota bernama Nizwa. Butuh waktu sekitar satu setengah jam naik mobil untuk menempuh perjalanan sekitar 140 kilometer. 

Sejarah Nizwa Fort. (foto: zainaltahir)

Tak masalah, karena saya memang ingin mengunjungi salah satu kota tertua di Oman itu. Kota ini pernah menjadi pusat perdagangan, agama, pendidikan dan seni. Kota ini terletak di tengah-tengah hamparan pohon kurma yang hijau, sehingga ini begitu makmurdengan segala macam hasil pertanian. Kota ini pun terkenal dengan ragam sejarah dan rekreasi.

Sampai di Nizwa, maka yang pertama saya kunjungi adalah Nizwa Fort atau Benteng Niswa. Ternyata di dalam terdapat banyak sekali spot-spot foto yang menarik dari berbagai sudut pandang. Di areal ini kita bisa mendapati berbagai macam obyek menarik. Kita bisaberbelanja berbagai pernak-pernik khas Oman. Ada juga supermarket kurma dan bangunan-bangunan kuno yang sengaja di pertahankan keasliannya.

Berada di antara bangunan-bangunan tua yang dibangun dari tanah liat an lumpur. (dokpri)

Menyusuri sudut-sudut kawasan wisata Nizwa di Oman, ada aktifitas dari beberapa ibu yang nampak begitu menarik disaksikan.

Saya begitu tertarik menyaksikan salah satu momen yang manampilkan cara membuat makanan khas negeri Oman bernama khubz ragag, atau di jagat perkulineran international lebih populer dengan sebutan Omani Bread atau roti Oman. 

Nampak seorang ibu dengan tangannya langsung tanpa alas yang sedang mengolah tepung di atas wajan stainless bulat yang datar dan di bawahnya menyala api yang cukup besar dan sangat panas. Dalam sekejap tepung itu menjadi lembaran roti yang tipis dan enak. Telapak tangan ibu itu bergerak lincah meratakan adonan tanpa menyentuh permukaan wajan yang panas. Ini butuh latihan dan keahlian tersendiri dalam membuatnya. 

Omani bread hanya dibuat dengan tiga bahan sederhana, tepung, air dan garam. Seperti adonan pancake, adonan ini sangat lengket  dan basah yang menghasilkan roti super tipis dan indah. Bentuknya mirip renda. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline