Lihat ke Halaman Asli

Zainal Tahir

Politisi

Literasi Pustaka Masuk Dalam Indikator Penilaian SAKIP

Diperbarui: 5 September 2019   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Heriza

Menteri Pendayagunaaan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Syafruddin,  memberikan perhatian besar terhadap perkembangan literasi nasional dengan memasukan literasi pustaka dalam indikator penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Tujuannya untuk mengembangkan perpustakaan dan literasi di berbagai daerah sehingga literasi nasional bangsa Indonesia juga akan meningkat.

"Masuknya Literasi pustaka dalam indikator penilaian SAKIP akan mendorong para kepala daerah untuk meningkatkan dan mengembangkan literasi daerahnya. Karena jika penilaian SAKIP mereka baik maka Dana Insentif Daerahnya akan meningkat," ujarnya saat membuka acara Gemilang Perpusnas RI Tahun 2019 di Jakarta, Kamis 5 September 2019.

Foto: Heriza

Ini merupakan bentuk perhatian dan penghargaan dari pemerintah terhadap profesi pustakawan sehingga dapat terus melahirkan literasi-literasi baru.

"Kita akan dorong terus profesi pustakawan agar lebih kompetitif sehingga dapat menghasilkan literasi baru yang inovatif untuk menjaga kesinambungan. Sebab kegiatan literasi menggambarkan perjalanan panjang peradaban manusia,"ungkap Syafruddin.

Foto: Heriza

Terkait revolusi industri 4.0 dengan era digitalisasi, ia mengatakan, perpustakaan harus beradaptasi atas perkembangan zaman. Sebab perpusatakaan memiliki peran penting sebagai sumber ilmu pengetahuan. Sehingga perpustakaan harus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Perpustakaan harus berani beradaptasi terhadap perkembangan teknologi saat ini, tidak menutup diri atas kemajuan teknologi.

Begitu pula yang di lakukan negara-negara lain saat ini sedang giat untuk mengembangkan kegiatan literasinya.

"Perpusnas sebagai pilar utama literasi bangsa kedepan saya yakin akan banyak melakukan lompatan-lompatan dan inovasi agar kita tidak tertinggal," ujar Syafruddin.

Foto: Heriza

Menurutnya Syafruddin,  saat ini perpustakaan tidak hanya menjadi pusat informasi saja, tetapi juga harus sebagai pusat aktivitas. Perpustakaan harus siap berbenah diri, perpustakaan harus siap bertransformasi.

Syafruddin menjelaskan perpustakaan modern harus dapat menggabungkan empat unsur yaitu pusat teknologi, pusat pengetahun, pusat destinasi wisata, pusat kemungkinan di masa depan. "Inilah yang akan menjadi kekuatan literasi perpustakaan," tegasnya.

Foto: Heriza

Bahkan saat ini China telah membangun perpustakaan termegah di dunia yaitu The Eye of Binhai yang mampu menampung 1.2 juta buku dengan arsitektur futuristik. "Perpustakaan ini dikonsep seperti destinasi wisata dunia. Perpustakaan berangsur menjadi tempat berinteraksi dengan komunitas sosial serta working space tempat tumbuhnya inovasi baru,"lanjut Menpan RB.

Foto: Aldi

Mantan Wakapolri ini menceritakan pengalamannya saat mengunjungi beberapa perpustakaan modern seperti di Uni Emirat Arab, Perpustakaan Universitas Melbourne, Australia dan Perpustakaan Universitas Victoria di Selandia Baru. Dimana ketiga perpustakaan tersebut telah mengkolaborasikan sistem informasi, riset serta menyediakan koleksi bukunya secara online.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline