Lihat ke Halaman Asli

Zainal Tahir

Politisi

Joko Widodo: Negara dan Rakyat Tidak Takut, dan Tidak Akan Beri Ruang bagi Terorisme

Diperbarui: 12 Mei 2018   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo saat jumpa pers di Istana Bogor, Kamis 10 Mei 2018 -Biro Pers Setpres.

Presiden Joko Widodo dengan tegas menyatakan, bahwa negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberikan ruang sedikitpun kepada terorisme dan upaya-upaya yang mengganggu keamanan negara. Hal itu di sampaikan Presiden dalam  jumpa pers di Istana Bogor, Kamis siang 10 Mei 2018.

Presiden mengaku telah mendapatkan laporan langsung dari Menkopolhukam, Wakapolri, Panglima TNI dan Kepala BIN terkait dengan upaya pengendalian situasi dan pemulihan keamanan di Mako Brimob yang telah selesai dengan cara-cara baik.  "Alhamdulillah, narapidana teroris semuanya telah menyerahkan diri kepada aparat keamanan," kata Presiden ayang dalam jumpa pers tersebut nampak didampingi para pejabat terkait.

Pada kesempatan tersebut, Presiden mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas nama rakyat dan negara, kepada seluruh aparat keamanan yang terlibat dalam menyelesaikan peristiwa ini. "Atas nama rakyat, bangsa dan negara, saya menyampaikan rasa duka yang mendalam atas gugurnya lima anggota kepolisian dalam melaksanakan tugas dari negara. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dalam menghadapi duka ini," ucapnya.


Sementara itu, Beberapa jam sebelumnya, Komandan Satgas yang juga Wakapolri, Komjen Pol Drs H Syafruddin Msi, juga telah melakukakan jumpa pers sebanyak dua kali yakni pukul 07.30 dan 08.30 WIB. Kemunculan Syafruddin di hadapan awak media dan masyarakat ini adalah yang pertama kalinya sejak terjadinya krisis di Mako Brimob dimulai Selasa malam, 8 Mei 2018. Dan, ia berhasil memilih diksi yang tepat atas drama penyenderaan 36 jam yang dilakukan terpidana teroris.

Spri TB2

"Penindakan," sebut Syafruddin berulang ulang. "Penindakan dengan soft approach, bukan negosiasi. Hapus semua kata negosiasi!" tegasnya.

https://www.kompasiana.com/zainaltahir/5af3ef75caf7db3b217cb3e4/tak-ada-nogosiasi-polri-lakukan-penanggulangan-soft-approach

Spri TB2

Hingga akhirnya sandera dibebaskan nyaris tanpa korban jiwa, disertai evakuasi 155 terpidana teroris ke Nusa Kambangan.

Wakapolri yang langsung ke Istana Bogor setelah menuntaskan tugas menyelesaikan operasi di Mako Brimob, nampak mendampingi Presiden.

Spri TB2

Pendekatan soft approach, yang dilakukan Polri "menjinakkan" 155 teroris bersenjata, pantas disebut sebuah sukses besar. Sukses, sebab ketika kemarahan polisi memuncak setelah jadi setelah jadi korban penyanderaan, sesungguhnya polisi sangat berpotensi untuk menumpas para penyendera dengan peralatan dan kemampuan personilnya. Namun polisi justeru mampu menahan diri dan  membendung nafsu amarah. Di lain pihak 155 teroris terlatih, dengan doktrin jihad siap mati mengejar surga dengan bidadari. Tetapi ujung-ujungnya memilih menyerahkan diri.

Spri TB2

Padahal kedua kelompok yang saling berhadap-hadapan, berada pada kondisi siap tempur. "Jual beli peluru" sangat mudah meledak dipicu kemarahan dan api dendam dari kedua pihak.

Dengan kondisi seperti ini, kontrol dan pengendalian diri aparat kepolisian patut dihargai. Pendekatan soft approach, jadi pilihan terbaik, karena penuh perhitungan strategis.

Spri TB2

Polisi telah mengesampingkan heroisme serta dendam institusional dengan mengutamakan kepentingan bangsa yang lebih luas. Polisi memilih menyimpan kemarahan, memporak porandakan para napiter, dengan memperhitungkan efek jangka panjang yang bisa ditimbulkannya. Polri telah meminimalkan korban serta kegaduhan yang sewaktu waktu mampu menambah rumit situasi.

Spri TB2

Pendekatan kepolisian ini mungkin saja tidak memuaskan kita semua yang muak dengan aksi-aksi terorisme. Tetapi sesungguhnya Polri telah mempertontonkan kepada dunia, kehebatan serta kemampuan tertingginya mengatasi extraordinary crime. Yang oleh negara besar sekalipun belum tentu dapat melakukannya.

Spri TB2

Spri TB2

Bukan negosiasi, karena tidak ada persyaratan yang wajib dipenuhi aparat kepolisian. Tetapi penanggulangan, ibarat memidahkan barang pecah, lebih barang eksplosive ke tempat lebih aman. Jajaran kepolisian dalam drama 36 jam pembebasan sandera, tak ubahnya menjinakkan bom berdaya ledak tinggi dengan aman tanpa korban jiwa dan tentu dampak jangka panjang.

Terima kasih Polri, telah menjaga rakyat dengan segenap jiwa raga.

ZT -Jakarta, 10 Mei 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline