Memang tak separah di kawasan Eiffel, Paris, yang menghadirkan begitu banyak pengasong cenderamata berupa gantungan kunci dan pajangan dalam wujud miniatur Menara Eiffel. Jika diladeni, biasanya mereka baru berhenti kalau kita sudah memborong jualannya.
Di sekitaran Duomo dan Galleria Vittorio Emanuele II, Milano, ada beberapa orang yang begitu agresif mendatangi pengujung. Pengunjung yang sedang menikmati kemegahan Katedral Milano, salah satu bangunan paling termasyur di Eropa, sambil foto-foto.
Mereka agak maksa, dengan cara yang halus. Mereka menyodorkan seikat kembang bertangkai-tangkai, untuk dijadikan pemanis dalam fose foto berlatar Duomo. Setelah itu mereka akan mendesak agar bunga yang mereka sodorkan itu dibeli.
Sasarannya adalah pengunjung wanita dari luar Milan atau pasangan yang sedang serius jepret-jepret.
"Free for you, free for you!" Salah seorang mendatangi saya dan menyodorkan bertangkai-tangkai bunga warna merah dalam genggamanya. Saya cuek saja. Di depan Katedral Milano, saya sedang asyik memotret.
Lalu ia beralih ke isteri saya. Tapi ia tak dihiraukan. Dengan tegas isteri saya menggeleng. Saya sudah bilang sebelumnya, agar jangan diladeni.
Memang bunga itu gratis untuk dipegang, tapi setelah rangkaian kembang itu berhasil nampan di layar smartphone atau di kamera Anda, sudah pasti Anda akan didesak untuk membelinya. Dengan beragam cara, hingga Anda sukses membeli. Walau setangkai. Dengan harga aduhai.
Buktinya, dua gadis Asia di dekat saya, masih terus diikuti hingga masuk ke Galleria Vittorio Emanuele. Hingga akhirnya kedua gadis itu membeli masing-masing setangkai bunganya.
Saya cuek saja sambil melingkarkan lengan saya di pinggang si baju merah di samping saya.
ZT - Milano, 12 Januari 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H